Media Sosial Picu Konflik Horizontal di Indonesia

Ilustrasi/Media sosial
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Sekretaris Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Letnan Jenderal TNI Yayat Sudrajat mengatakan bahwa perkembangan media sosial yang begitu cepat bisa menjadi ancaman keamanan bangsa Indonesia.

Kemenkominfo Gelar Talkshow “Rekam Jejak Digital di Ranah Pendidikan”

"Media ini banyak potensi memberikan ancaman baru keamanan, kekerasan, ideologi dan konflik horizontal," kata Yayat di Bogor Jawa Barat, Kamis, 24 November 2016.

Salah satu konflik horizontal ialah soal aksi unjuk rasa pada 4 November 2016 soal penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Berawal dari Hobi Pakai Brand Mewah, Selebgram Berusia 70 Tahun Ini Debut di Paris Fashion Week

Tak hanya itu, konflik horizontal juga terjadi pada saat kontestasi pemilihan Presiden pada tahun 2014 lalu akibat informasi yang tidak akurat. Karena itu, perlu ada deteksi dini dengan memanfaatkan teknologi agar konflik horizontal tidak terjadi.

"Indonesia harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk membangun deteksi dini konflik," ujarnya.

Menyelami Dampak Negatif FOMO pada Pengguna Media Sosial

Menurutnya, tercatat bahwa setengah dari jumlah penduduk Indonesia aktif menggunakan jejaring media sosial atau sekira 132,7 juta orang. Dari jumlah itu sekira 92,8 juta orang menggunakan internet melalui gawai.

"Ini sangat rentan konflik. Akhirnya konflik bisa terjadi kapan saja," katanya.

Yayat mengimbau kepada elemen masyarakat agar supaya waspada dalam memili informasi, apakah itu sumber informasinya dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

"Intinya kita ini tidak ingin media-media sosial yang berkembang bukan main, ada juga yang bagus banyak juga yang mengadu domba, ini yang kita tidak kehendaki," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya