Yogyakarta Terancam Krisis Air Bersih

Ilustrasi/Krisis air bersih di Sikka, Nusa Tenggara Timur
Sumber :
  • VIVA.co.id/Tofik Koban

VIVA.co.id – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Yogyakarta menyebut sistem hidrologi air tanah di daerah itu telah terganggu dan mengalami perubahan.

Kejar Target Proper Emas KLHK 2025, Ini Strategi Arsari Tambang

Dampaknya, Yogyakarta kini dalam ancaman krisis air bersih yang ditunjukkan dengan terjadinya penurunan kondisi air tanah yang berkisar antara 20 sentimeter hingga 30 sentimeter di setiap sumur milik warga.

"Di wilayah hulu metaphor masih ada permasalahan dominan, yaitu penambangan pasir yang menjadi faktor terganggunya proses pengisian ulang air tanah Cekungan Air Tanah di  Sleman dan Yogyakarta," kata Halik Sandera, Direktur Eksekutif Walhi Yogyakarta, Senin, 26 Desember 2016.

Terima Aspirasi Walhi soal SDA dan Lingkungan Hidup, Ganjar Respons Begini

Tak cuma itu, kata Halik, penyebab dominan yang ikut memengaruhi berkurangnya ketersediaan air tanah di Yogyakarta adalah masifnya pembangunan gedung besar seperti hotel, mal dan perkantoran. Hotel dan mal melakukan eksploitasi air secara besar-besaran yang menjadikan permukaan air tanah dalam menurun.

"Pondasi dan basement bangunan juga mempengaruhi arah aliran air tanah dangkal yang dimanfaatkan oleh warga," katanya.

Pentingnya Merawat Lingkungan dengan Melakukan Konservasi Air

Sementara itu, Heru Hendrayana, Ketua Ground Water Working Grup Universitas Gadjah Mada menyatakan saat ini sumber air tanah paling besar adalah air hujan. Terutama yang berasal dari lereng Gunung Merapi.

Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta juga tidak banyak memberi kontribusi debit air tanah. Menurutnya air tanah harus menjadi perhatian serius karena mempunyai risiko tinggi atas munculnya penurunan kualitas lingkungan dan konflik di masyarakat.

Sebab, pemanfaatan air tanah terus menerus tidak diikuti dengan upaya perlindungan yang seimbang. Penilaian terhadap pengguna air yang digagas institusinya ini adalah Matriks Penilaian Sumber Daya Air Tanah atau Mata Persada. Lebih dari seratus variabel untuk menilai pengguna air tanah. Tujuannya untuk mengontrol mereka para pengguna air tanah, terutama yang skala besar.

"Para pengguna air harus bertanggungjawab terhadap sumber daya air," ujar Heru. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya