Memasuki 2017, Indonesia Berpotensi Alami Frustasi Sosial

Director & CEO Euro Management Indonesia, Bimo Sasongko.
Sumber :
  • Dok. Euro Management Indonesia

VIVA.co.id – Tahun 2017, Indonesia berpotensi dihadang berbagai masalah sosial yang serius, yakni frustasi sosial. Beberapa faktor yang memengaruhi frustrasi sosial, antara lain faktor kemiskinan struktural, lonjakan pengangguran akibat sempitnya lapangan kerja, dan ketimpangan sistem pendidikan. 

Fraksi Gerindra: Daripada Angket Lebih Penting Hak Sopir Angkot

Hal itu diutarakan oleh Director & CEO Euro Management Indonesia, Bimo Sasongko, dalam pers rilisnya di Jakarta, Sabtu 31 Desember 2016. 

Menurut Bimo, salah satu langkah untuk mengurangi frustrasi sosial adalah dengan jalan penyelenggaraan seluas-luasnya pendidikan nonformal untuk generasi muda yang berpendidikan rendah. “Agar, kehidupan rakyat kecil tidak semakin sumpek dan timbul disorientasi," ujarnya.  

Prabowo Ingin Pemerintahannya Fokus ke Lapangan Kerja dan Efisiensi

Diutarakannya, penyelenggaraan pendidikan nonformal menyasar segmen lulusan SMP ke bawah. Arahnya, sebaiknya terkait dengan lapangan kerja dengan prinsip link and match dengan potensi sumber daya lokal.

"Pendidikan nonformal yang di selenggarakan selama ini asal-asalan dengan kurikulum, atau konten yang sudah usang. Organisasi pendidikan nonformal di tingkat Kecamatan yang disebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan di tingkat Kabupaten/Kota yang disebut Sanggar Kegiatan Belajar tidak mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman," katanya.

Dukung Prabowo-Gibran, Perhimpunan Pertukangan Harap Lapangan Kerja Mudah

Bimo mengatakan, perlu sinergi antara Kementerian Ketenagakerjaan dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera melakukan revitalisasi dan memperluas pendidikan nonformal gaya baru di negeri ini.

Memasuki 2017, perlu totalitas menggalakkan program vokasional, atau kejuruan yang berbasis apprentice (pemagangan) untuk membangunkan nilai tambah lokal yang diibaratkan raksasa yang masih tertidur. 

"Program vokasional berbasis apprentice adalah kunci suksesnya industrialisasi di negara maju," ujarnya. 

Perlu untuk mewujudkan sinergi antara ikatan sekolah kejuruan, dunia usaha/industri yang diwakili oleh Kamar Dagang dan Industri, serta praktisi, atau ahli teknologi, yang memiliki pengalaman tentang transformasi industri dan teknologi di negara maju. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya