Empat Siswa SD di Malang Mengaku Disetrum Kepala Sekolah

Pintu gerbang SD Negeri Lowokwaru III Kota Malang Jawa Timur, Selasa (2/5/2017)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA.co.id – Empat orang siswa sekolah dasar di Kota Malang Jawa Timur mengaku disetrum oleh kepala sekolahnya. Pengakuan mereka, sengatan listrik itu diberikan untuk uji tes kebohongan.

Hujan Deras, Seorang Ibu Tewas Tertimpa Tembok Kecamatan di Malang

Anita, salah seorang wali murid yang anaknya mengaku disetrum, menyebutkan peristiwa itu terjadi pada Selasa, 25 April 2017 berdasarkan pengakuan anaknya Rafi Raya yang duduk di kelas VI SD Negeri Lowokwaru III.

"Dia pulang sekolah, pusing nonton TV. Dia bilang tangannya sakit habis disetrum," kata Anita menceritakan pengakuan anaknya, Selasa, 2 Mei 2017.

Klaster Keluarga dan Sekolah Pemicu COVID-19 Melonjak di Kota Malang

Awalnya pengakuan itu tak begitu dipedulikan oleh Anita. Sebab anaknya mengaku juga tak apa-apa. Namun, keesokan harinya, ketika kembali menjemput putranya, ia justru mendapat kabar dari tiga wali murid lain soal anak mereka yang disetrum.

Karena itu, Anita pun mendesak anaknya untuk menceritakan kronologis kejadiannya. Dari pengakuannya didapat kejadian itu terjadi ketika usai Salat Duha di sekolah.

Viral Haikal Hassan Diusir di Malang, Diminta Ceramah di Padang Pasir

Saat itu, cerita putra Anita, keempat siswa disuruh memisahkan diri. Itu terjadi usai ada pemberian ceramah, game dan meditasi.

"Kemudian (empat siswa) disuruh duduk berhadapan dengan kepala sekolah. Satu alat diinjak kepala sekolah, satu diinjak anak saya. Alasannya tes kebohongan," kata Anita yang menyebutkan bila alat setrum listrik itu diambil langsung dari stopkontak 22 volt tanpa pengaman.

Atas itu, Anita pun menemui pihak sekolah untuk meminta kejelasan. Dan diakui oleh sekolah bila kejadian itu sebagai upaya terapi. Tak dirinci lebih jelas maksud dari terapi itu.

Anita pun menyesalkan tindakan itu. Ia khawatir, terapi setrum listrik yang diadakan sekolah tersebut justru berdampak negatif pada anaknya. "Saya takut mental anak saya terganggu setelah kejadian ini," katanya.

Sejauh ini, upaya konfirmasi sudah dilakukan ke pihak sekolah secara langsung. Namun belum ada komentar langsung. Ketika awak media menyambangi sekolah ini, manajemen menyebutkan bila mereka sedang menggelar rapat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya