Juni, Indonesia Waspada Kekeringan dan Kebakaran Hutan

Kepala BNPB Willem Rampangilei
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Rebbeca Reifi Georgina

VIVA.co.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei menyebutkan telah terjadi lebih dari seribu kasus bencana alam sejak lima bulan terakhir. Dan berdasarkan catatannya, kerugian negara akibat bencana alam mencapai Rp30 triliun per tahun.

Pakai Pelumas Biar Area Genital Lebih Licin, Ketahui Dulu 5 Efek Sampingnya Ini

Hal itu diungkapkan Willem usai menjadi salah satu pembicara dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan (PIT – RB) ke-4, tahun 2017 di Balairung, UI Depok, Jawa Barat, Senin, 8 Mei 2017. Willem mengatakan, secara umum di bulan Mei masih terjadi hujan meski tidak merata dan ini masa peralihan.

"Saya diminta waspada kemarau pada bulan Juni yakni terhadap kasus kebakaran hutan dan lahan. Kemudian kekeringan. Dan perlu kita ketahui, dampak bencana dari tahun ke tahun meningkat, 2016 itu ada 2.384 kali bencana sedangkan di tahun 2015 itu ada 1.723 kali bencana. Artinya ada kenaikan 38 persen, termasuk jumlah korban meningkat," ujarnya pada awak media.

BLT El Nino Akan Diberikan Hingga Maret 2024

Meningkatnya angka bencana di Indonesia, lanjut Willem, terjadi akibat sejumlah faktor. Salah satunya karena laju degradasi lingkungan.  

"Diperhitungkan citra satelit sekitar 750 ribu hektare sampai 1 juta hektare lahan rusak. Pemulihan yang dilakukan pemerintah ada 250 ribu hektare. Jadi pemerintah sudah bekerja keras, namun harus didukung juga oleh pemda dan pemkot terkait membuka lahan baru," ujarnya.

Negara Kekeringan Likuiditas, Mengapa?

Selain itu, Daerah Aliran Sungai (DAS) sebanyak 25,6 juta hektare kritis. Hal ini diperparah dengan lingkungannya yang degradasi dan kondisi-kondisi sungai yang memprihatinkan.

"Kalau sudah terjadi hujan di atas mengalir ke bawah sungai dan drainasenya tidak berfungsi dengan baik, lengkap sudah. Ditambah pertumbuhan penduduk. Semua butuh lahan tapi tidak diimbangi tata ruang dengan baik. Ini juga salah satu masalah," katanya.  

Ia menambahkan, saat ini musim hujan dan kemarau pun telah berubah seiring dengan pemanasan global.

"Dahulu musim kemarau dan hujan balance, enam bulan hujan, enam bulan kemarau. Tapi sekarang jadi empat bulan, ini perubahan iklim yang sangat berdampak pada bencana. Jumlah air laut ditambah global warming uapnya bertambah, yang tadinya ditumpahkan enam bulan jadi empat bulan daya tampung tidak seimbang ditambah cuaca ekstrem," ujarnya.

Dengan musibah atau bencana yang terjadi, kerugian negara diperkirakan Rp30 triliun per tahun. "Jika kita tidak melakukan apa-apa, bisa lebih besar. Ada lagi satu kerugian yang tak ternilai, ialah hilangnya nyawa seseorang. Perlu saya sampaikan anggaran is not problem, yang penting programnya jelas, merancang satu program yang tepat untuk mengantisipasi bencana," tegasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya