Masjid Airmata, Simbol Tertua Pemersatu Umat di Timor

Agung Al Baitul Qodim di Keluruhan Airmata, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Sumber :
  • Wikipedia

VIVA.co.id – Masjid Agung Al Baitul Qodim atau banyak orang mengenal dengan Masjid Airmata adalah sebuah masjid yang berada di Keluruhan Airmata, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Bangunan masjid ini merupakan salah satu yang tertua dan menjadi sejarah penting masuknya penyebaran agama Islam di Timor, NTT.

Masjid Agung Jami' Kota Malang Tiadakan Salat Idul Adha

Awal mulanya, masjid ini dibangun pada tahun 1800 oleh Sya'ban Bin Sanga, seorang ulama yang menyebarkan agama Islam yang berasal dari Flores.

Sesuai sejarahnya, Masjid Agung Al Qodim dibantu pembangunannya oleh warga non muslim. Bentuk bangunan masjid ini, perpaduan arsitektur Melayu dan China. Hal ini dapat dilihat dari bentuk atapnya yang tidak bulat seperti masjid pada umumnya. Namun berbentuk joglo bersusun.

Masjid Agung Al-Azhar Tak Gelar Salat Idul Adha 2021

Dengan keberadaan masjid yang sudah berusia 2 abad lebih ini, dulunya Kelurahan Airmata merupakan titik awal penyeberan agama Islam di wilayah Kupang dan darangan Timor, NTT.

Pada sekitar tahun 1800, Sya'ban Bin Sanga mendarat di wilayah itu. Setelah memulai syiarnya, Sya'ban kemudian mencoba membangun masjid di pesisir sebagai pusat penyebaran Islam.

Pantai Anyer dan Makam Sultan Banten Tutup Selama PPKM Darurat

Namun Pemerintah Belanda saat itu melarang pembangunan masjid. Sambil terus melakukan syiar, Sya'ban kemudian kembali membangun masjid di daerah Fointen. Tapi upaya itu juga mendapat pelarangan dari tentara Belanda yang mengusai wilayah tersebut.

"Belum menyerah, Sya'ban kemudian masuk ke daerah Airmata dan kembali mendirikan masjid sebagai pusat penyebaran agama Islam. Sekitar tahun 1806, masjid kemudian berdiri. Namanya adalah Al Baitul Qadim yang artinya masjid pertama," kata Wakil PKM Masjid, Muslihi Bali, Rabu, 31 Mei 2017.

Masjid Agung Al Baitul Qadim telah direnovasi dan diperluas pada tahun 1984 dengan bertambahya jumlah pemeluk agama Islam di wilayah itu. Bentuk bangunan ini tidak mengalami perubahan. Mimbar dakwa dan bedug tetap menggunakan peninggal dari tahun 1806.

Sejak tahun 1800, kehidupan umat beragama di wilayah sekitar masjid selalu terjaga dan terbina dengan baik. Masyarakat Nasrani yang merupakan kaum mayoritas hidup rukun dengan umat Muslim. (adi)

Laporan: Frits Floris/ Kupang NTT

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya