Cak Imin: Ada Dua Kelompok Ganggu Peran Ulama

Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyebut keberadaan ulama besar kini banyak diganggu pihak-pihak tak bertanggungjawab. Kelompok-kelompok ini disebut-sebut mencoba menghilangkan ulama sebagai bagian sejarah besar pendiri bangsa.

Gus Baha Ingatkan Semua Orang Agar Ingat Mati Tapi Tetap Semangat Hidup

"Ada dua kelompok yang sekarang sedang mengganggu peran ulama besar sejak kemerdekaan hingga pembentukan karakter hari ini," kata Muhaimin di sela konsolidasi Jas Hijau bersama ulama Jawa Tengah di Semarang, Jumat, 21 Juli 2017.

Salah satu kelompok yang disebut mengganggu eksistensi ulama, menurut Muhaimin, banyak muncul di sosial media. Di mana ulama besar kerap diganggu dengan isu yang seolah-olah justru lepas dari Islam.

GP Ansor Ungkap Makna Gowes 90 KM, Simbol Perjuangan Menuju Indonesia Emas 2045

"Di Sosmed itu yang paling ulama adalah mereka, yang lain enggak ulama. Terus yang ulama hanya 212 yang lain bukan ulama. Ini salah besar. Tidak boleh. Semua harus mengakui sejarah," tegas Cak Imin.

Menurut Muhaimin, bangsa ini tidak akan merdeka kalau umat Islam tidak berjuang mengusir penjajah atas perintah dan bimbingan para ulama-ulama besar. Melaui peran ulama pula, konsep negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) bisa terbentuk.

Gus Yahya Sebut Rencana Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia Sudah Didengar Sejak 2018

"Ada Mbah Hasyim As'ari mbah Bisri Syamsuri kakek buyut saya serta mbah Wahab Hasbullah. Mereka ulama-ulama besar hingga akhirnya ada NKRI ini.  Kalau ada coba yang menggagu NU maka tidak boleh terjadi, karena jasa besar para ulama ini tidak bisa diabaikan," beber dia.

Full Day School

Gangguan kedua, kata Muhaimin, adalah bentuk kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mencoba menerapkan sistem pendidikan lima hari sekolah atau full day school. Ia menganggap, secara prinsip ide itu jelas mengabaikan peran ulama NU yang telah menelurkan konsep pendidikan madrasah diniyah.

"Maka kami semua menolak pelaksanaan full day school. Kembalikan kepada masing-masing untuk bebas memilih. Sehingga madrasah menjadi solusi di kota-kota besar. Kalau madrasah tergusur banyak perkelahian pelajar," kata dia.

Mantan anggota DPR itu pun menjamin, negara tidak akan mampu biayanya menghidupkan nasionalisme yang mengakar hanya dengan konsep pendidikan full day school. Karena sebenarnya, konsep cinta tanah air telah dibangun madrasah-madrasah. Sehingga baik pendidikan akhlak, mentalitas, serta sikap solidaritas.

"Masak ini mau dirusak oleh full day school. Kita jamin sekolah terbukti tidak mampu menangani karakter. Maka serahkan kepada masyarakat," ujarnya.

Sebagai bentuk perlawanan terhadap dua gangguan itu, PKB pun secara resmi membuat gerakan Jas Hijau. Gerakan ini merupakan akronim dari 'jangan sekali-kali hilangkan jasa para ulama' yang diadaptasi dari semboyan Jas Merah Bung Karno atau kependekan dari jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya