BNN Ungkap Satu Kontainer Narkoba Filipina Nyaris Masuk RI

Kepala Badan Narkotika Nasional, Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso.
Sumber :
  • Bayu Nugraha Januar

VIVA.co.id - Badan Narkotika Nasional mengungkapkan fakta baru tentang narkoba dari luar negeri yang masuk ke Indonesia tak lagi berasal Tiongkok atau Taiwan.

Simpan 5 Kg Sabu di Plafon Rumah, Bandar dari Kampung Bahari Ditangkap

Belum lama ini BNN mendapatkan informasi dari polisi Thailand bahwa mereka mengungkap satu kontainer narkoba asal Filipina yang akan diselundupkan ke Indonesia. Bandar internasional ditengarai mulai menggeser pasar mereka dari semula Filipina ke Indonesia, setelah Presiden Rodrigo Duterte gencar memerangi narkoba.

“Belum lama ini kepolisian Thailand mengungkap satu kontainer yang berisi narkoba dengan tujuan Indonesia, yang dikirim oleh bandar narkoba yang biasanya memasukkan barang ke negara Filipina. Saya tidak tahu jumlah berapa itu satu kontainer narkoba itu,” kata Kepala BNN, Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso, di Yogyakarta pada Jumat, 21 Juli 2017.

Isi Garasi Petinggi Polisi yang Diduga Terlibat Suap Bandar Narkoba

Indonesia, kata Waseso, menjadi negara dengan peredaran jenis narkoba paling banyak. Di negara seperti Amerika saja tak semua narkoba beredar di sana. Begitu juga dengan Kolombia sebagai pengekspor kokain, hanya terdapat tiga jenis narkoba.

Amsterdam yang melegalkan ganja hanya ada lima atau enam jenis narkoba. Meksiko hanya ada enam jenis narkoba. Perancis lima jenis narkoba. Rusia hanya tiga jenis narkoba.

Kapolrestabes Medan Rico Dicopot, Ini Sosok Penggantinya

“Bahkan 800 narkoba jenis baru yang sekarang belum beredar di Indonesia tidak akan lama juga akan masuk ke Indonesia. Karena Indonesia pangsa pasar yang sangat baik,” kata mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu.

Budi mengaku sangat prihatin karena usia yang terpapar narkoba kini sudah sampai ke balita. Ditemukan dua balita di Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Tengah yang terpapar narkoba.

“Kalau di Yogya ada 300 ribu mahasiswa yang terdata, sedangkan tahun 2015 ada 60 ribu yang terpapar narkotika, maka di tahun 2017 akan lebih. Hal itu dikarenakan pemahaman tentang narkotika sangat kurang, dan tidak menjadi prioritas utama penanganan narkotika,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya