PVMBG: Letusan Gunung Agung Tak Langsung Besar Bila Erupsi

Gunung Agung terpantau dari Pos Pengamatan di Karangasem, Bali.
Sumber :

VIVA.co.id – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah menyiapkan beberapa analisis mengenai aktivitas vulkanik Gunung Agung di Bali. Terutama setelah adanya penggembungan, kemunculan asap dan rekahan pada dasar kawah.

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

Menurut Kepala PVMBG, Kasbani, analisis pertama yaitu, kemungkinan atau probabilitas Gunung Agung untuk meletus lebih tinggi ketimbang kemungkinan gunung itu batal meletus.

Hanya saja, Kasbani menuturkan, kemungkinan itu bisa saja berubah setiap saat. Tergantung pada hasil pemantauan pada kondisi aktivitas vulkanik gunung.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

"Hanya saja probabilitas letusan itu dapat berubah sewaktu-waktu. Kami terus melakukan pemantauan," kata Kasbani di Pos Pemantauan Gunung Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Jumat 29 September 2017.

Letusan Kecil

Netizen Geram Lihat Tingkah Bule Lepas Celana Pamer Alat Kelamin di Puncak Gunung Agung Bali

Sementara itu, analisis kedua, menurut PVMBG, jika terjadi letusan maka akan diawali dengan letusan kecil terlebih dahulu. Setelah itu baru terjadi letusan besar. 

Hanya saja, Kasbani tak bisa memastikan kapan gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem, Bali ini, akan meletus. 

Kasbani mengatakan, PVMBG akan mengeluarkan peringatan, jika suatu saat kondisi berubah berdasarkan amatan kecenderungan jika terjadi letusan.

"Kami akan mengeluarkan peringatan saat kondisi berubah. Peringatan itu dikeluarkan jika teramati kecenderungan yang lebih tinggi untuk terjadi letusan," kata Kasbani.

Di sisi lain, Kasbani mengatakan, Bali masih aman untuk dikunjungi. Ia mempersilakan turis yang ingin berlibur ke Pulau Dewata. 

Namun, mereka tetap dilarang mendekati radius 9 kilometer dengan sektoral 12 kilometer yang meliputi bagian tenggara, selatan, barat daya, dan utara hingga timur laut dari puncak gunung setinggi 3.142 mdpl.

"Kami terus berkoordinasi dengan BNPB untuk sistem peringatan dini. Masyarakat diharapkan mematuhi segala peringatan dan rekomendasi yang telah dikeluarkan, baik oleh PVMBG dan BNPB," harapnya.

Berikut data yang disampaikan PVMBG:

Seismik/ Kegempaan:

Gempa vulkanik yang tercatat masih menunjukkan jumlah yang tinggi. Gempa-gempa ini mengindikasikan adanya peretakkan batuan di dalam tubuh gunungapi yang disebabkan oleh pergerakan magma.

Perhitungan magnitudo gempa menunjukkan besaran yang terus meningkat. Magnitudo gempa terbesar selama masa krisis ini adalah gempa dengan magnitudo M4.3 pada tanggal 27 September 2017 pukul 13.12 WITA. Akhir-akhir ini gempa semakin sering dirasakan oleh masyarakat di sekitar Gunung Agung dan Batur, dan beberapa gempa terbesar bahkan dapat dirasakan di daerah Denpasar dan Kuta.
Gempa vulkanik diperkirakan berada di bawah kawah hingga kedalaman 20 km dari puncak Gunung Agung.

Penginderaan Jauh Satelit:

Satelit telah mendeteksi adanya emisi asap putih (uap) dan area panas yang baru di kawah puncak Gunung Agung. Luas area panas ini teramati telah membesar selama sepekan terakhir, termasuk satu rekahan baru di tengah kawah di mana emisi asap putih (uap) juga terus berlangsung.

Pengamatan Visual:

Emisi asap putih (uap) dari kawah umumnya teramati dengan ketinggian rata-rata 50-200m di atas puncak. Saat ini emisi asap (uap) teramati relatif lebih menerus.

Setelah gempa dengan magnitudo M4.2 pada tanggal 26 September 2017 pukul 16:27 WITA, asap putih (uap) keluar dengan intensitas lebih besar dan teramati sampai ketinggian sekitar 500 m di atas puncak.

Deformasi:

Analisis data tiltmeter mengindikasikan adanya inflasi (penggembungan) pada tubuh Gunung Agung. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya