Pesawat Diimbau Menjauhi Gunung Agung

Gunung Agung Bali
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bobby Andalan

VIVA.co.id – Gunung Agung masih menunjukkan aktivitas yang tinggi. Belum ada tanda-tanda penurunan aktivitas dari gunung setinggi 3.142 dmpl. Berdasarkan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Agung kini telah mengeluarkan asap putih dari kawah. Asap tersebut berintensitas tinggi hingga tipis dengan ketinggian 50-200 meter dari kawah Gunung Agung.

Gunung Agung Kembali Kebakaran, Pura dan Prasasti Hangus Dilalap Api

Ke luarnya asap ini membuat PVMBG mengeluarkan Volcano Observatory Notice for Aviation (VONA) berwarna oranye. VONA tersebut sebagai rekomendasi untuk pesawat-pesawat agar terbang menjauhi area Gunung Agung. 

"Ya, kita sudah mengeluarkan rekomendasi soal VONA itu. Berwarna oranye," kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Agung PVMBG, I Gede Suantika kepada VIVA.co.id, Minggu 31 September 2017.

Lereng Gunung Agung Kebakaran

Berdasarkan VONA tersebut, asap putih teramati setinggi 100 meter dari kawah dan mengarah ke barat mengikuti angin. Tidak teramati adanya material vulkanik selain asap tersebut.

Suantika menjelaskan hingga kini aktivitas Gunung Agung dari sisi kegempaan masih tinggi. Menurutnya, ada perbedaan mendasar antara Gunung Agung dan Gunung Kelud.

Gunung Agung Sempat Erupsi, Lontaran Material Pijar hingga 700 Meter

 "Gunung Kelud itu sistemnya terbuka. Dia sering meletus. Tahun 2007 dia meletus. Tahun 2014 dia meletus lagi. Dia tujuh tahunan meletus," kata Suantika.

Sementara Gunung Agung kali terakhir meletus tahun 1963. Sudah 54 tahun silam Gunung Agung tertidur lelap. 

"Jadi dia sistemnya tertutup. Bodi Gunung Agung penuh. Pipa magmanya kuat sekali karena sudah membeku," papar Suantika.

Hanya saja, hingga kini magma di perut Gunung Agung terus memanas dan mendesak ke permukaan.

"Tapi magmanya terus memanas dan mendesak ke atas. Proses pemanasannya kita tidak tahu sampai kapan, tergantung gempanya. Kalau kegempaannya terus maka dia pun mendesak ke atas," terang dia.

Suantika tak menampik proses pemanasan magma saat ini bisa saja membuat Gunung Agung tertidur lagi. 

"Kemungkinan tertidur lagi kalau dia energinya sudah habis, panasnya sudah habis, membeku dia. Tidak jadi meletus. Beberapa tahun kemudian prosesnya dari awal lagi, dipanasin lagi. Apakah ada indikasi ke arah pembekuan? Belum, ini kan masih awal sekali," katanya.

Suantika menambahkan untuk bisa membuat lobang menerobos lagi butuh tenaga banyak. 

"Sekarang memang gempanya menurun sedikit. Nah, penurunan ini apa? Apakah ini titik kritis? Kalau titik kritis, tambah sedikit energi saja mendesak sudah jebol, erupsi dia," katanya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya