Mengapa Senjata Polri Masuk ke Soekarno-Hatta?

Senjata dan amunisi milik Polri yang masuk ke Bandara Soekarno Hatta pada Jumat, 29 September 2017.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA.co.id – Ratusan senjata dan amunisi milik Polri masih tertahan di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, pada Minggu, 1 Oktober 2017. Kabarnya, senjata-senjata itu ditahan oleh Badan Intelijen Strategis TNI.

Satgas Pamtas RI-RDTL Naga Karimata TNI AD Serahkan 7 Pucuk Senjata Api ke Brigjen TNI Joao Xavier

Padahal, ratusan senjata dan amunisi itu tiba di Bandara Soetta pada Jumat, 29 September 2017, sekitar pukul 23.30 WIB. Senjata diimpor PT Mustika Duta Mas dengan menggunakan pesawat carter model Antonov AN-12 TB dengan Maskapai Ukraine Air Alliance UKL-4024 dan akan didistribusikan ke Korps Brimob Polri.

Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menuturkan bahwa ketika sebuah pesawat memasuki wilayah udara nasional sebuah negara maka harus ada clearance (izin) dari negara tujuan. Dan itu tidak bisa dilakukan mendadak.

Dito Mahendra Divonis 7 Bulan, Langsung Keluar Penjara

Apalagi kargo tersebut berisi bahan berbahaya seperti senjata dan lain-lain yang berisiko meledak. Maka, jelas masuknya barang ini legal dan telah melalui proses air clearance.

"Jadi sudah diketahui otoritas pemberi air clearance kita yaitu Kemlu, Kemhub dan Mabes TNI. Pertanyaannya sederhana. Mengapa barang tersebut mengarah ke Cengkareng karena setahuku tidak pernah boleh diizinkan sebuah kargo membawa barang seperti itu masuk wilayah bandara sipil. Harus ke Air Force Base dalam hal ini Halim," kata Connie saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu, 1 Oktober 2017.

5 Alutsista Asli Buatan Indonesia Ini Laris Manis Dipesan Negara Lain

Connie melihat ada semacam skenario seolah ada senjata masuk 5.000 sekian buah pada subuh 30 September dan dikesankan ilegal atau unclear.

"Apakah ini untuk tujuan tertentu menciptakan kesan seolah ucapan Panglima betul, lalu ucapan Pak Wiranto salah. Intinya aku pikir drama-drama menarik perhatian publik, membuat rakyat galau hanya untuk tujuan popularitas, tujuan politik atau tujuan lainnya yang hanya Tuhan tahu (sebaiknya) disetop oleh Panglima TNI," lanjut Connie.

Lulusan Asia Pacific Center for Security Studies (APCSS) Honolulu, Hawaii, ini juga menyoroti kabar BAIS menahan barang tersebut. Menurutnya, bila BAIS bekerja betul harusnya barang itu bukan tiba di Indonesia lalu dibuat "ribut" tapi sejak awal akan dibeli, akan dikirim dan akan bergerak menuju Indonesia dari origin place barang tersebut yaitu Bulgaria sudah dapat disetop prosesnya.

"Maka jelas ini bukan berita intelijen. Apalagi dianggap A1 sebagaimana pernyataan Panglima TNI beberapa waktu lalu," kata istri dari Pangkostrad periode 1999-2000, Djaja Suparman, tersebut. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya