Dialog Gaib Jro Wedra dengan Ratu Penjaga Gunung Agung

Ilustrasi warga gelar ritual Gunung Agung.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA.co.id – Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, merupakan salah satu tempat yang disucikan masyarakat Pulau Dewata. Di puncak gunung dipercaya merupakan lokasi bersemayamnya para dewa dan sangat disakralkan.

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

Karena itulah, saat gunung berketinggian 3.142 mdpl mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang luar biasa dan berpotensi meletus, ada saja masyarakat setempat yang mengaitkan aktivitas geologi ini dengan apa yang dipercayai selama ini. Bahkan, mereka rela menggelar prosesi ritual yang berat sekalipun.

Seperti yang dilakukan Jro I Ketut Wedra, satu pekan lamanya di berkeliling 17 pura hanya untuk mengambil air suci.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

Menurut Jro I Ketut Wedra, ritual ini mulai dilakukannya sejak 1 Oktober hingga 7 Oktober 2017, tujuannya ialah agar mendapatkan pewisik atau bisikan suci dari Tuhan untuk menjalankan misi kemanusiaan terkait bencana aktivitas Gunung Agung.

"Saya diminta untuk nunas tirta segara di seluruh Pura Kahyangan Jagat yang ada di Bali. Dari tanggal 1 sampai tanggal 7 Oktober saya lakukan itu, sebelum akhirnya tanggal 8 Oktober menggelar persembahyangan besar di Pura Besakih," kata Jro I Ketut Wedra, Selasa 10 Oktober 2017.

Netizen Geram Lihat Tingkah Bule Lepas Celana Pamer Alat Kelamin di Puncak Gunung Agung Bali

Pura yang didatangi pria asal Kabupaten Buleleng itu di antaranya Rambut Siwi, Tanah Lot, Uluwatu, Sakenan, Goa Gajah, Silayuti, Segara Penimbangan dan Puri Jati Kintamani. 

Usai mendapatkan air suci, Jro I Ketut Wedra lalu mendatangi Pura Penataran Agung Besakih untuk menggelar prosesi upacara yang dipersembahkan untuk Ratu Agung Lingsir Geni Angkasa yang dipercayai bersemayam di Gunung Agung.

Di pura ini, tepatnya tanggal 8 Oktober 2017, upacara pecaruan digelar. Di sana, ia meminta kepada Jro Mangku setempat untuk memimpin upacara tersebut. 

"Lalu saya langsung ke Pura Gelap. Berhubung tak ada Jro Mangku-nya, maka saya yang memimpin upacara itu," katanya. 

Saat itulah, Jro I Ketut Wedra mengaku berdialog dengan Ida Bhatara Ratu Agung Lingsir Geni Angkasa.

Dalam dialog itu, menurutnya, Ratu Agung Lingsir Geni Angkasa sangat senang atas prosesi yang telah digelarnya. "Prosesi saya diterima. Beliau bangga sekali, tersenyum. Beliau mengatakan sekarang sudah tidak lagi marah," kata Jro I Ketut Wedra.

Awalnya ia tak yakin jika hal itu merupakan perwujudan dari Ratu Agung Lingsir Geni Angkasa. Untuk meyakinkan dirinya, dia meminta bukti berupa pancaran cahaya dan getaran semacam gempa. 

"Dan benar, ada cahaya terang sekitar 10 menit. Terang sekali seperti sinar matahari. Lalu ada getaran, tapi tak lama," katanya.

Kepadanya, Ratu Agung Lingsir Geni Angkasa yang bersemayam di Gunung Agung berjanji tidak akan meletus. "Beliau berjanji tidak meletus. Jadi, ada beberapa alasan yang membuat beliau marah belakangan ini," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya