Gelar Sultan Banten 18 Dicabut dari Bagus Wisanggeni

Reruntuhan Keraton Kesultanan Banten.
Sumber :
  • Google Streetview

VIVA – Pengadilan Agama Serang mencabut gelar Sultan Banten ke-18 bagi Ratu (Rt) Bagus Bambang Wisanggeni, sebagai pewaris sah Kerajaan Islam di tatar Sunda.

Ziarah Ke Sultan Banten, Anies: Jadi Inspirasi dalam Jalankan Amanat

"Jadi tidak ada penetapan satu-satunya penerus Kesultanan Banten. Kita puas dengan putusan ini," kata KMS Herman, pengacara Dzuriyat Kesultanan Banten PA Serang, Rabu, 13 Desember 2017/

Digugurkannya status Sultan Banten ke-18 oleh PA serang setelah melalui proses mediasi dan persidangan yang panjang. Sesuai surat gugatan nomor 786/PDTH/2017 yang di ajukan pada 13 April 2017..

MA Cabut Gelar Sultan Banten ke 18

"Kedudukannya (Rt.Bagus Bambang Wisanggeni) sama dengan yang lain, sebagai Dzuriyat Kesultanan Banten," katanya.

Karena status Sultan Banten dibatalkan, Rt Bagus berencana akan mengajukan banding. "Saya sebagai pewaris sah Kesultanan Banten terakhir itu harusnya tidak dihapus. Nah ini dihapus, dan saya akan naik banding," kata Ratu Bagus.

Karut Marut Parkir Situs Kesultanan Banten

Sebelum mengajukan banding, dirinya pun meminta agar Dzuriyat Kesultanan Banten mau berdamai dengan dirinya. "Paling tidak ke depan kita ada islah, bersatulah, forum dzuriyat dengan kami bersatu lah, tidak ada perpecahan," ujarnya.

Perlu diketahui, Kesultanan Banten yang telah runtuh kembali diramaikan dengan kehadiran Sultan Banten ke-18 bernama Ratu Bagus Bambang Wisanggeni.

Kehadirannya kemudian di gugat Forum Dzuriyat Kesultanan Banten (FDKB) yang merupakan forum keluarga keturunan Sultan Banten, ke PA Serang.

Rt Bagus menganggap dirinya memiliki garis terkuat dari Sultan Banten terakhir, Sultan Syaefuddin.Kesultanan Banten berdiri sejak 1552 dan runtuh tahun 1813 Masehi, sebelum akhirnya runtuh karena perang saudara.

Pada masa akhir pemerintahannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan pemerintahan kolonial Belanda.

Perselisihan ini bukan lah pertama kalinya terjadi. Pada tahun 1680, muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten akibat perebutan kekuasaan dan pertentangan antara Sultan Ageng dengan putranya Sultan Haji. Perpecahan ini akhirnya dimanfaatkan oleh VOC untuk memberikan dukungan kepada Sultan Haji. Sehingga terjadilah perang saudara.

Sultan Haji mengirimkan dua orang utusan menemui Raja Inggris tahun 1682 untuk mendapatkan dukungan serta bantuan persenjataan. Dalam perang ini, Sultan Ageng terpaksa mundur ke daerah bernama Tirtayasa dan ke pedalaman Sunda. Hingga akhirnya tertangkap dan ditahan di Batavia.

Kini, sisa kejayaan Kesultanan Banten hanya Masjid Agung Banten yang masih tegak berdiri. Sedangkan Benteng Surosowan dan Keraton Kaibon hanya tersisa fondasinya. Karena kebesarannya itulah, banyak masyarakat dari berbagai wilayah di Nusantara berziarah ke makam Sultan Maulana Hasanuddin dan beribadah di Masjid Agung Banten.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya