Bullying di Sekolah Tak Terjadi dalam Sedetik, ke Mana Guru?

Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Zahrul Darmawan (Depok)

VIVA – Kasus bullying 'perundungan' beramai-ramai terhadap seorang anak kelas 1 SD di salah satu sekolah di Tanjung Selapan, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan pada pekan lalu sempat viral melalui video. Diketahui bahwa seorang anak dirundung habis-habisan oleh teman-temannya di dalam kelas dalam bentuk fisik hingga dia menangis kesakitan terus-menerus sepanjang video itu.

Pelajar SD di Simalungun Jadi Tersangka Kasus Perundungan, Ini Penjelasan Polisi

Ketua Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait mengatakan bahwa melalui investigasi timnya di Ogan Komering Ilir (OKI), kejadian tersebut bukan kali pertama terjadi di OKI bahkan sudah kesekian kali berlangsung di SD yang sama. Arist menyayangkan guru maupun pihak sekolah tak responsif dengan kasus bullying ini.

"Ini kan durasinya enggak sebentar, anak nangis kan terdengar. Siapa yang dipersalahkan? Lingkungan sekolah," kata Arist dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi di tvOne, Kamis 21 Desember 2017.

Anti Bullying! Barbie Kumalasari Usulkan Syarat Kelulusan Sekolah: Wajib Punya Surat Kelakuan Baik!

Dia mengatakan, lingkungan tak boleh diam saja saat terjadi bullying di sekolah dan anak-anak sama sekali tak bisa disalahkan.

"Sudah terjadi di sekolah yang sama dan ini dianggap hal biasa seperti permainan anak-anak, kan tidak terjadi sedetik ke mana guru," lanjutnya.

Kasus Bullying Siswa SMA, Kuasa Hukum Saksi Sebut Binus Serpong Harus Bertanggung Jawab

Sementara Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Tulung Selapan, Ardendi mengatakan bahwa pada saat kejadian, guru-guru memang sedang berada di kantor mengisi nilai rapor. Sementara anak-anak tersebut menutup pintu dan seorang murid kelas 5 merekam video kekerasan itu. Dia mengatakan, dengan jarak ruang kelas ke kantor guru sekitar 60 Meter, maka keramaian memang hampir tak terdengar apalagi di ruangan tertutup.

"Menurut anak-anak yang melakukannya itu hanya main-main dan akan divideokan oleh anak kelas lima itu. Pintu ditutup supaya jangan ada kedengaran. Tidak didengar oleh guru bahkan kejadian itu tidak diketahui sama sekali," kata Ardendi pada kesempatan yang sama.

Namun kata dia, pihaknya sudah mengecek ke pihak sekolah khususnya guru-guru maupun para murid dan keluarga korban. Ardendi berharap, kejadian yang sama tak terulang kembali.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya