Jejak Ucapan Tahun Baru Zaman Dulu

Kartu ucapan selamat ulang tahun era kolonial
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Tradisi perayaan pergantian tahun sudah lama ada di negeri ini. Pada masa penjajahan Belanda, para pejabat Belanda, bangsawan asing dan warga Indonesia juga biasa saling kirim ucapan selamat kala tahun baru tiba. Tentu saja pesta kembang api tak ketinggalan digelar di kawasan tertentu.

Aktivis Penyebar Isu Larangan Natal di Sumbar Tak Ditahan

VIVA coba menelusuri gegap-gempita penyambutan tahun baru pada masa pemerintahan kolonial Belanda. "Saya punya kartu ucapan selamat tahun baru dari keluarga Pakualaman. Angka tahunnya 1890," kata Erwin Dian Rosyidi, kolektor buku kuno ditemui di rumahnya di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur pada Minggu, 31 Desember 2017.

Erwin lantas membuka tumpukan surat dan amplop berwarna kusam dari dalam plastik transparan. Dibukanya satu per satu amplop dan diteliti isinya. "Saya dapat ini dari teman di Yogyakarta, mungkin ditemukan di tempat tak terawat, lalu diberikan ke saya. Ini semua surat-surat keluarga Pakualaman, tahunnya antara 1800-an sampai awal 1900," ujarnya.

Polisi Tahan Aktivis Penyebar Isu Larangan Natal

Pakualaman adalah kadipaten atau Negeri Pakualaman atau Praja Pakualaman yang berdiri pada 17 Maret 1813 ketika Pangeran Notokusumo, putra dari Sultan Hamengku Buwono I dengan selir Srenggorowati dinobatkan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I oleh Gubernur Jenderal Sir Thomas Raffles. "Surat-surat ini ada yang milik Notokusumo," ucap Erwin. 

Setelah dibongkar dan diteliti, setidaknya ada enam lembar kartu ucapan selamat tahun baru ditemukan. Yang paling terang adalah ucapan selamat tahun baru dari seseorang bernama Lie Tiang Kwie. Pada bagian atas kartu ucapan berwarna putih itu, tertulis kalimat 'Selamat Taoen Baroe'. "Lie ini mungkin saudagar Cina kala itu jaringan keluarga Pakualaman," ujarnya menambahkan.

Malam Pergantian Tahun, Volume Sampah Kawasan Malioboro Meningkat

Kartu yang lain hanya tertera tulisan nama pengirim dan tanggal pengiriman dengan angka satu bulan satu tahun kala itu. Misalnya kartu ucapan dari seseorang bernama De Bosch, di bagian kiri bawah kartu ucapan tertera angka 1-1-1830. "Itu ucapan selamat tahun baru," kata dia.

Pria yang sejak 2008 bergiat di dunia naskah kuno itu mengaku juga mengoleksi surat ucapan selamat tahun baru bertarikh 1800-an. Sayangnya VIVA belum beruntung melihat wujud asli surat tersebut karena Erwin harus membongkar banyak tumpukan dokumen kuno koleksinya. "Saya baru pindahan, jadi belum ditata," ujarnya.

Kebiasaan mengucapkan selamat tahun baru terus berlangsung sampai setelah Indonesia merdeka. Kala itu, ucapan selamat tahun baru dikirim melalui kantor pos atau disampaikan melalui surat kabar. "Saya punya majalah tahun 1960-an yang di dalamnya ada ucapan selamat tahun baru," katanya.

Dua majalah ditunjukkan Erwin yakni majalah Selecta dan Varia. Dua majalah itu menampilkan halaman sampul bergambar model wanita bergaya tahun 1960-an. Di bagian sampul Selecta, tertulis kalimat 'Selamat Tahun Baru 1963' sementara pada sampul Varia tertulis kalimat 'Selamat Tahun Baru 1964. 

Iklan ucapan selamat Natal dan Tahun Baru terpampang di beberapa halaman dua majalah itu. "Mengirimkan kartu ucapan selamat tahun baru atau Hari Raya Idul Fitri bertahan mungkin sampai tahun 1990-an. Setelah internet dan Facebook masuk, berubahlah semuanya. Ucapan ramai di media sosial," kata Erwin. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya