Suara NU Terbelah di Pilkada Jateng, Tokoh Nahdhiyin: Berkah

Sudirman Said (kanan) dan Ida Fauziah (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA – Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah dipastikan bakal diikuti oleh dua pasangan calon. Dua pasangan yang telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum itu adalah  petahana Ganjar Pranowo-Taj Yasin alias Gus Yasin serta Sudirman Said-Ida Fauziah.

Baliho Bertebaran Dimana-mana, Kapolda Irjen Luthfi Bantah Ancang-ancang Pilgub Jateng

Meski hanya diikuti oleh dua kontestan namun yang cukup menyita perhatian adalah hadirnya dua kader besar Nahdhatul Ulama yang justru saling bersaing. Mereka adalah Taj Yasin serta Ida Fauziah. 

Taj Yasin sendiri merupakan politikus PPP yang merupakan putra ulama karismatik Rembang KH Maimoen Zubair. Berpasangan dengan Ganjar Pranowo, pasangan ini diusung PDIP, PPP, NasDem, Demokrat serta Golkar.

Masuk Bursa Cagub Jateng 2024, Irjen Ahmad Luthfi: Saya Masih Dinas

Sementara tokoh NU penantang Ganjar-Gus Yasin adalah Ida Fauziah. Ia tercatat sebagai Ketua Fraksi PKB DPR dan mantan Ketua Fatayat NU. Ida berpasangan dengan Sudirman Said, diusung oleh Partai Gerindra, PAN, PKS dan PKB. 

Ketua Pengurus Wilayah Nahdhatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah, Abu Hafsin, menanggapi santai kemungkinan terbelahnya suara NU di Pilgub Jateng. Menurut Abu, sejak awal NU sudah menyatakan diri tidak turut campur dalam politik praktis. 

Diah Warih Muncul di Bursa Cagub-Cawagub Jateng, Bersaing dengan Kaesang hingga FX Rudy

"Bagi saya ini berkah karena dua cawagub berasal dari NU. Kami akan bebas memilih siapa pun. Saya bilang kepada Gus Yusuf (Ketua DPW PKB) dan pada PPP, " kata Abu di Semarang, Jateng, Rabu, 10 Januari 2018.

Abu menganggap, perbedaan pilihan dalam NU sudah menjadi hal biasa. Asalkan perbedaan itu tak memicu konflik antara sesama kalangan nahdhiyin. Namun pada momentum Pilgub Jateng nanti dirinya yakin bahwa masyarakat NU di Jawa Tengah telah dewasa menentukan pilihan.

"Tetap saja orang harus memilih salah satu. Dengan ini orang NU dididik untuk dewasa. Nanti mereka akan memilih paslon yang dirasa memberi manfaat bagi NU, " ujarnya. 

Sebaliknya, jika kedewasaan berpolitik itu tak dimunculkan, Abu menengarai bahwa hadirnya dua tokoh besar NU di Pilgub Jateng itu bisa mendatangkan masalah.  "Satu sisi menjadi rahmat tapi satu sisi bisa jadi laknat. Maka kita harus dewasa menyikapinya," imbuh Abu Hafsin.

Karena itu ia meminta agar pengurus NU yang menjadi tim sukses kedua calon agar tidak memakai simbol NU sebagai bahan kampanye. Hal itu untuk menangkal perpecahan di tubuh NU di daerah. 

NU, lanjut Abu bersifat netral dalam Pilgub Jateng. Begitu juga imbauan untuk jutaan warganya di Jawa Tengah yang dibebaskan memilih sesuai dengan hati nurani tanpa dipaksakan. Diketahui, sepertiga pemilih di 35 kabupaten kota merupakan kalangan nahdhiyin. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya