Prabowo-Sudrajat Sepakat Pakai Paket Hemat di Pilkada Jabar

Calon Gubernur Jawa Barat, Mayjen TNI (Purn) Sudrajat
Sumber :
  • VIVA/Ikhwan Yanuar

VIVA – Calon Gubernur Jawa Barat Sudrajat menceritakan perjalanannya maju dalam pilkada 2018. Sudrajat diusung tiga koalisi partai politik, Gerindra, PKS, dan PAN.

'Akan Istikharah', Kode Keras Iwan Bule Siap Maju di Pilkada Jabar

Sejak ditawari oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon gubernur, Sudrajat sempat bertanya mengenai mahalnya biaya politik.

Menurut dia, dengan kondisinya saat ini, biaya kampanye atau pembayaran saksi mustahil dikeluarkan dari kantong pribadi.

Ridwan Kamil Teratas, Airin-Desy Ratnasari Kejutan di Pilkada Jabar

"Saya bilang, pilkada ini kan mahal Mas Bowo (Prabowo), saya tidak bisa membantu logistik," kata Sudrajat menirukan perbincangannya dengan Prabowo saat berkunjung ke redaksi VIVA, di Jakarta, Jumat, 2 Februari 2018.

Karena keyakinannya, akhirnya Prabowo tetap mengusung Sudrajat. Hal itu, menurut Sudrajat, karena latar belakang dan rekam jejaknya.

Nasdem Jagokan Sahrul Gunawan untuk Menangkan Pilkada 2020

Saat pembicaraan itu, Prabowo meyakini, banyak kader Gerindra dan mitra koalisi bakal ikut urunan dalam hal membantu biaya politik saat proses pilkada.

"Tidak usah dipikirkan Pak Sudrajat, kita pakai paket hemat saja," ucap Prabowo, ditirukan Sudrajat.

Dalam hitungan sementara, kata Sudrajat, honor untuk para saksi di sekitar 80.000 tempat pemungutan suara (TPS) di Jawa Barat bisa menelan biaya hingga Rp50 miliar.

Namun, Prabowo menyarankan, saksi yang berasal dari partai atau relawan bisa ditekan untuk menghemat biaya. "Mungkin ada kader yang tidak perlu mengeluarkan uang saku," katanya.

Sudrajat yang juga purnawirawan jenderal bintang dua ini pun mengungkapkan alasan akhirnya hingga mau dipinang Gerindra.

Sejak awal dia percaya, partai berlambang Burung Garuda ini menampung talenta-talenta atau tokoh yang layak dijadikan pemimpin. Ia ingin membantah anggapan miring berbagai pihak yang menilai partai hanya kendaraan politik demi mendapatkan kekuasaan.

"Partai itu harusnya sebagai talent scouting yang menempatkan orang yang pantas didukung menjadi pemimpin, bukan sebaliknya," kata Sudrajat. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya