- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo menilai, Badan Usaha Milik Negara yang ada sekarang belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) nasional. Bambang melihat, kondisi saat ini, hampir semua yang ada merupakan hasil impor dari negara luar.
“Jangan sedikit-sedikit impor. Melihat hasil karya alutsista karya anak bangsa yang dipamerkan, saya yakin industri pertahanan swasta kita sudah mampu memproduksi dengan kualitas yang baik. Kita harus percaya diri dengan kemampuan bangsa sendiri," kata Bambang di Jakarta, Kamis, 22 Februari 2018.
Bambang menjelaskan, jika industri pertahanan bisa berkembang dapat berdampak bagi perekonomian nasional. Peringkat pertahanan Indonesia bisa naik dari posisi 14 menjadi 10 besar dunia.
"Saya mendukung industri pertahanan yang dikelola pihak swasta bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Bukan hanya dari segi kuantitasnya, melainkan juga dari nilai kualitas, sehingga tak kalah dari industri pertahanan luar negeri," ujar Bambang.
Mantan ketua Komisi III ini menegaskan, DPR RI selalu berkomitmen memperkuat ‘alat perang’ untuk memenuhi kebutuhan sistem pertahanan dan keamanan nasional. Hal itu terbukti dengan anggaran pertahanan yang terus meningkat. Pada APBN 2018, alokasinya mencapai Rp107 triliun, dan Rp15 triliun digunakan membeli alutsista.
Dengan anggaran yang cukup besar tersebut, Bamsoet berharap industri pertahanan dalam negeri dapat lebih diutamakan.
"Saya dapat informasi, hampir 80 persen peralatan pertahanan nasional kita dipenuhi impor. Kalaupun ada yang dibuat di dalam negeri oleh BUMN, terkadang juga hasil impor yang begitu sampai Indonesia diganti mereknya. Ini juga tidak boleh terjadi. Kita jangan jadi bangsa yang membohongi diri sendiri," kata dia.