Sudirman Said: Korupsi Itu Kuno, Lama-lama Ditinggalkan

Calon Gubernur Jawa Tengah, Sudirman Said
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA – Calon Gubernur Jawa Tengah Sudirman Said menyatakan, korupsi adalah budaya kuno dan pasti akan ditinggalkan. Di era informasi seperti saat ini, kejahatan sulit ditutupi, dan dalam tempo yang singkat akan terungkap, termasuk korupsi.

Sudirman Said Ungkap Timnas Amin Siap Gugat Hasil Pemilu 2024 ke MK

"Korupsi itu kuno, harus ditinggalkan," kata Pak Dirman kepada media usai memberikan kuliah umum tentang Kepemimpinan yang Bersih, Jalan Menuju Kesejahteraan yang Lestari di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung (Unissula), Semarang, Rabu, 14 Maret 2018.

Menurut dia, perilaku korupsi itu seperti aturan orang pakai helm dalam berkendara. Perlahan tapi pasti orang akan sungkan korupsi. Kelak, tidak korupsi akan menjadi budaya. "Seperti kalau keluar rumah naik motor kan harus pakai helm. Bukan karena disuruh tapi karena kesadaran akan keselamatan diri dan keluarga," ujarnya.

Sudirman Said soal Rencana Pertemuan JK-Megawati: Itu Pribadi, Kita Tak Bisa Cawe-cawe

Lebih lanjut Pak Dirman menyampaikan, saat ini durasi orang menyimpan kejahatan makin pendek. Media sosial menjadi alat yang ampuh untuk mengungkap segala perbuatan manipulasi dan korupsi.

"Jadi sulit menyembunyikan kejahatan di era sekarang. Karena itu kalau ada yang masih mau korupsi dalam situasi seperti ini, orang itu sudah ketinggalan zaman, kuno," katanya.

Timnas Amin: Kekuasaan Berpeluang Corrupt, Kalah Jadi Penyeimbang

Meski begitu, dalam kuliah umumnya di hadapan komunitas akademik Unissula, Pak Dirman tidak setuju dengan wacana meninjau ulang pemilihan langsung kepala daerah yang dilontarkan pimpinan KPK. KPK berpendapat besarnya biaya pilkada langsung membuat korupsi tumbuh subur di daerah sehingga pilkada langsung perlu ditinjau ulang.

Pak Dirman menilai, jika wacana itu dijalankan akan menjadi sebuah kemunduran dalam proses demokrasi. Demokrasi tidak boleh mundur, harus terus maju dan terus diperbaiki prosesnya.

"Saya tidak setuju dengan wacana itu. Demokrasi tidak boleh ditarik ke belakang. Yang harus dilakukan adalah mendidik masyarakat untuk memilih kandidat yang bersih, memiliki integritas, dan berkompeten dalam pilkada," terang dia.

Pemimpin yang bersih, berintegritas, dan kompeten, lanjut Pak Dirman, akan bekerja semata-mata untuk kepentingan rakyat. Bekerja untuk mensejahterakan rakyat, karena tidak ada kepentingan pribadi dan kelompok di belakang kepalanya.

"Karena itu jika Indonesia ingin maju harus ada pemimpin yang bersih di seluruh level kepemimpinan. Karena hanya pemimpin yang bersih dan kompeten yang mampu membereskan segala kerumitan, dan mampu memberikan kesejateraan yang lestari," imbuh mantan Menteri ESDM itu. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya