Golkar Klaim Partai Besar Harus Dipadukan dengan Jokowi

Rizal Mallarangeng, Koordinator Relawan Gojo atau Golkar Jokowi, saat mengukuhkan relawan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, pada Minggu, 8 April 2018.
Sumber :
  • VIVA/Dinia Adrianjara

VIVA – Partai Golkar membentuk komunitas relawan pendukung Joko Widodo sebagai calon presiden yang disebut Gojo, akronim dari Golkar Jokowi. Komunitas itu masih sebatas proyek percontohan yang diproyeksikan dibentuk di tiap-tiap daerah di Indonesia.

Pilkada 2020, Demokrat dan Golkar Sepakat Usung 33 Paslon

Sebagai komunitas pelopor atau rintisan, Gojo dibentuk mula-mula di DKI Jakarta. Kini sudah ada tujuh komunitas dibentuk, antara lain di Kebayoran Lama, Menteng Dalam, Duren Sawit, Setiabudi, Cakung, dan Kepulauan Seribu.

Komunitas yang disebut terakhir ialah yang paling baru dikukuhkan. Pada pekan depan, pengukuhan dilakukan untuk kali pertama di luar DKI Jakarta, yaitu di Tangerang Selatan, Banten.

Ketua Jokowi Mania Masuk Partai Golkar?

"Memang ini masih termasuk pilot project (proyek rintisan), masih mencari bentuk dan cara. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, Relawan Gojo sudah menjadi relawan nasional. Artinya pilot project di DKI ini akan kita kembangkan ke berbagai provinsi lain," kata Rizal Mallarangeng, Koordinator Gojo, saat mengukuhkan relawan di Kepulauan Seribu pada Minggu, 8 April 2018.

Golkar Klaim Partai Besar Harus Dipadukan dengan Jokowi

Aburizal Bakrie Dukung Semangat Anak Muda Lalui Pandemi COVID-19

Rizal menjelaskan, kegiatan seperti ini memiliki dua tujuan, yaitu memenangkan Jokowi untuk pemilu presiden tahun 2019 sekaligus menaikkan elektabilitas Partai Golkar. Dia menyebut Jokowi sebagai kandidat paling diunggulkan sejauh ini dan Golkar sebagai partai besar ibarat dua kapal besar. Keduanya harus dipadukan atau digabung agar menjadi kekuatan yang lebih besar lagi.

"Jokowi jadi capres, lalu Golkar sebagai partai, ini harus di-blend (dipadukan), baik di tingkat elite dan di tingkat akar rumput seperti ini," kata Rizal.

"Kita lakukan sejak sekarang,” katanya berargumentasi, “karena pemilu yang akan datang terbilang baru sama sekali, di mana pemilu legislatif dan presiden digabung. Untuk itu di tingkat pusat maupun akar rumput seperti ini harus terbiasa," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya