Romahurmuziy Sudah Puas Bisa Jadi Temannya Jokowi

Presiden Jokowi dan mantan Ketua Umum PPP Romahurmuziy.
Sumber :
  • Dok. PPP

VIVA – Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Mohammad Romahurmuziy mengungkapkan keakrabannya dengan Presiden Joko Widodo. Sejauh ini, dia mengaku sering diajak ngobrol tentang banyak persoalan.

Bank Dunia Mengubah Batas Garis Kemiskinan pada Tahun 2022

"Cocok ngobrol kanan kiri. Tetapi (soal cawapres), kita tunggu pada saatnya nanti," kata Rommy, sapaan akrab Romahurmuziy, di Semarang, Sabtu 14 April 2018.

Rommy mengatakan, hari ini partainya direncanakan bersama dengan Presiden Jokowi untuk menutup forum Munas Alim Ulama yang sudah mereka gelar di Hotel Patrajasa, Semarang, sejak Jumat kemarin, 13 April 2018.

Kemiskinan Ekstrem Musuh Bersama Bangsa Indonesia

"Itu bagian dari kelima kalinya Pak Jokowi hadir di acara PPP. Sebelumnya ini tidak terjadi, presiden biasanya lima tahun sekali datang ke acara PPP, ini dua tahun lima kali," katanya.

Rommy menuturkan, sejak 2005, Jokowi tidak mengubah dirinya, misalnya mengambil jarak dengan partai pendukungnya atau rakyatnya. Dia melihat, Jokowi sebagai pemimpin yang lahir dan besar dari rakyat, serta bekerja untuk rakyat.

Hadapi Pemilu 2024, PPP Dapat Tambahan Energi Baru

"Ini yang saya dapati," katanya.

Rommy menuturkan, setelah dari Papua, Jokowi akan silaturahmi dengan PPP. Dia akan menemui guru honorer di Semarang terlebih dahulu, baru kemudian bergabung bersama keluarga besar PPP.

"Kalau tidak bisa jadi Presiden, menjadi temannya Presiden. Lebih enak jadi temannya Presiden," ujarnya.

Dia lantas menjelaskan mengapa PPP mendukung Jokowi sebagai capres 2019. Hal itu, karena berdasarkan survei, elektabilitasnya di atas 60-67 persen.

"Kacamata hitungan manusia, insya Allah Pak Jokowi mendapat amanah kedua," ujarnya.

PPP sudah mendeklarasikan Jokowi sebagai capres 2019, namun hingga sekarang, mereka belum menyodorkan nama cawapresnya.

Rommy mengingatkan kembali bahwa pembahasan calon wakil presiden tidak bisa diajukan sendiri. Karena, yang mengusung Jokowi sebagai capres adalah lima partai politik.

"Kalau kita mau, yang empat enggak mau, mau apa?" kata Rommy.

Kemudian, adalah faktor dari Jokowi sendiri. Dia menyampaikan, mantan Gubernur DKI Jakarta dan Waki Kota Solo itu, tentunya punya sikap atau pilihan tersendiri.

"Deklarasi besar-besaran, kalau Pak Jokowi enggak mau, mau apa? Misalnya, dia bilang ya sudah cari calon presiden lain," katanya.

Soal pengajuan cawapres, Rommy menegaskan bahwa PPP tidak mau terburu-buru atau memaksakan diri. Meskipun mereka punya sejarah yang bisa menjadi rujukan.

"Ada kader terbaik kita pada 2001 (Hamzah Haz menjadi wakil presiden), itu adalah sejarah. Sejarah itu bisa berulang. Ada pembenaran sejarah demikian. Ada jejaka meminang, perempuan yang malu-malu atau perempuan yang malu-maluin?" ujar Rommy.

Mengutip Alquran, Rommy menyampaikan bahwa amanah harus diberikan kepada orang yang memang ahlinya dan cakap. Tetapi, orang lain lah yang menilainya bukan diri sendiri.

"Yang menilai user-nya, Pak Jokowi. Kita tidak perlu menyodor-nyodorkan diri. Yang penting Indonesia aman, damai, dan tenteram. Itu kata ketua umum, fatwa ulama kita tunggu," tutur Rommy.

PPP menjadi salah satu dari lima partai yang sudah mendeklarasikan Jokowi sebagai capres 2019. Namun, hingga kini, mereka memilih tidak menyodorkan nama cawapres, meskipun ada partai lain yang melakukannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya