VIVA – Produksi kopi dan teh termasuk coklat (kakao) Indonesia harus kembali mendunia. Dahulu, kopi dan teh Indonesia merajai pasar ekspor dunia. Kini, ekspornya merosot tajam. Ini harus jadi perhatian semua pihak, terutama otoritas pertanian Indonesia.
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon saat memberi sambutan sekaligus membuka Festival dan Diskusi Teh, Kopi, dan Coklat Produk Petani Indonesia mengatakan, keberpihakan kepada para petani harus dilakukan untuk mengembalikan kejayaan tiga produk tersebut. Festival ini sekaligus menggugah perhatian semua komponen bangsa untuk kembali meningkatkan produksi kopi, teh, dan coklat nasional.
“Kopi, teh, dan coklat telah lama menjadi produk unggulan sektor pertanian kita. Ketiganya merupakan komoditas primadona ekspor Indonesia yang sudah diakui dunia. Teh, kopi, dan kakao yang dihasilkan oleh para petani Indonesia memiliki kekhasan dan keunggulan yang membedakan dengan hasil produksi negara lain,” ungkap Fadli di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu 25 April 2018.
Festival ini selain dihadiri produsen kopi, teh, dan coklat, juga dihadiri sejumlah duta besar negara-negara sahabat di Jakarta. Setidaknya ada delapan produsen teh, sepuluh produsen kopi, dan dua produsen coklat yang ikut serta dalam festival ini. Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ikut mendukung festival yang digelar di Lobi Gedung Nusantara DPR RI itu. Festival ini berlangsung selama 25-27 April 2018.
Fadli mengungkapkan, dilihat dari aspek ekonomis, kinerja ekspor ketiga komoditas ini bisa dikatakan berkontribusi signifikan terhadap devisa. Data Kementerian Pertanian menyebutkan, tahun 2016 ekspor kopi mencapai 414.651 ton dengan nilai 1,55 juta dolar AS.
Sementara teh mencapai 330.029 ton dengan nilai 113,1 juta dolar AS. Sedangkan kakao mengekspor 51.317 ton dengan nilai 113 juta dolar AS. Dengan fakta itu, kini kopi Indonesia menempati urutan keempat dunia. Sedangkan teh dan coklat Indonesia masing-masing menempati urutan ketujuh dan ketiga dunia.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti dalam upaya meningkatkan mutu dan penjualan ketiga komoditas tersebut. Ini akan berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan petani, pengusaha, asosiasi, dan juga lembaga pemerintah,” tutup Fadli dalam sambutannya. (dpr.go.id)