- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
VIVA – Amien Rais menyampaikannya pemikirannya soal penguasa yang bisa ditinggalkan oleh TNI dan Polri. Ini terjadi apabila penguasa sudah berlawanan dengan keinginan rakyat.
Bagi dia, pemerintah yang berlawanan dengan kepentingan bangsa akan ditentang oleh rakyatnya sendiri, bahkan oleh TNI dan Polri. Hal itu menurutnya terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno maupun Soeharto.
"Kurang apa Bung Karno itu? Panglima tertinggi, tapi ketika Bung Karno sebagai manusia khilaf, TNI dan Polri juga [bilang], 'Selamat tinggal, Pak,’" kata Amien saat berbuka puasa di rumah Ketua MPR Zulkifli Hasan di Jakarta, Sabtu 9 Juni 2018.
"Kurang apa Pak Harto? Pak Harto itu tokoh TNI asli, pakai asli, empat bintang, bahkan lima bintang. Tapi ketika pemerintahan Pak Harto itu juga khilaf dan tidak sejalan dengan kepentingan bangsa, TNI dan Polri juga
[bilang] 'Selamat tinggal, Pak,’" lanjutnya.
Untuk itu lah, Amien menyampaikan soal perlunya dilakukan “jihad” jika pemerintahan Jokowi tidak lagi menguntungkan bangsa dan tidak sesuai dengan Undang Undang Dasar.
"Jadi kalau Pak Jokowi rezimnya ini tidak menguntungkan bangsa, enggak sesuai dengan UUD, ya saya kira TNI-Polri juga [bilang], 'Selamat tinggal, Pak'. As simple as that," kata mantan Ketua MPR itu.
Pemilu Demokratis
Dia pun berharap penyelenggaraan Pemilihan Presiden pada 2019 mendatang berlangsung dengan demokratis. Dengan demikian, tidak perlu ada demonstrasi atau turun ke jalan menentang pemerintahan yang sedang menjalankan pemerintahannya.
"Saya sebagai Ketua MPR yang dahulu pernah meletakkan periode lima tahunan itu, tidak boleh ada Presiden di tengah-tengah kita itu diturunkan. Jadi harus ditunggu sampai selesai. Adapun mereka yang masih mendukung silakan meneruskan lewat konstitusi dan lewat demokrasi. Atau pun mereka sebaliknya, tidak boleh ada permainan jalanan, ada demo," ujar Amien. (ren)