- VIVA/Putra Nasution
VIVA – Figur calon wakil presiden untuk Joko Widodo masih teka-teki meski disebut sudah mengerucut menjadi lima nama.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan kesolidan parpol yang sudah menyatakan dukungan untuk Jokowi di Pilpres 2019. Hasto berharap, partai pendukung pemerintah lainnya saat ini, PKB segera merapat bergabung. Dengan kekuatan PKB maka akan kekuatan presidential threshold melebihi 50 persen.
"Sekiranya parpol-parpol yang saat ini sudah sampaikan dukungannya yakni ada PDIP, Golkar, PPP, Nasdem, Hanura. Kemudian, kalau nanti ditambah PKB, itu udah merupakan kekuatan di atas 50 persen," kata Hasto di kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu, 11 Juli 2018.
Dia menekankan dukungan dari rakyat bukan menjadi jaminan efektivitas pemerintahan. Sebab, perlu dukungan kekuatan di DPR.
"Karena apapun ya, dukungan yang kuat dari rakyat belum menjamin efektivitas pemerintahan tanpa adanya dukungan dari DPR dan proses dialog dengan parpol terus dilakukan," tutur Hasto.
Namun, ia mengakui bila PKB memang sejauh ini belum mendeklarasikan dukungan untuk Jokowi. Ia pun yakin dalam waktu dekat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin akan menyatakan sikap politiknya. Meski belum diketahui, sikap politik PKB.
"Kami meyakini Cak Imin dalam waktu dekat juga akan menyampaikan sikap politiknya apakah akan memberikan dukungan atau enggak. Kami menghormati apapun sikap dari setiap parpol apapun baik PKB, PAN, Gerindra juga PKS," ujarnya menambahkan.
Baca: Mahfud MD Muncul, PKB Diramal Batal Dukung Jokowi
Sebelumnya, elite PKB merepons munculnya nama Mahfud MD. Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKB, Dita Indah Sari tak terima muncul nama Mahfud MD masuk bursa cawapres Jokowi. Ia menekankan, Cak Imin lebih banyak memberikan manfaat bagi kemenangan Jokowi ketimbang Mahfud MD.
"Semua orang boleh dicalonkan dan mengajukan diri sah-sah saja. Tapi kami harus menghitung cawapres mana yang akan memberikan manfaat semaksimal mungkin untuk Pak Jokowi," kata Dita saat dihubungi, Rabu 11 Juli 2018.
Menurutnya, Mahfud bukan mewakili parpol sehingga akan lebih sulit mendapatkan dukungan dari parpol-parpol terutama yang ada di koalisi. Lalu, Mahfud juga tak bisa disebut mewakili kalangan NU yang merupakan unsur mayoritas dari umat Islam.
"Pak Mahfud ini karakternya lebih akademisi, profesional. Manfaat politik yang bisa didapat Jokowi jadi minimal. Itulah kenapa kami PKB tentu lebih menganggap Pak Jokowi mendapatkan manfaat lebih besar kalau mengambil Cak Imin," ujar mantan aktivis ini. (mus)