Strategi Jokowi, Sengaja Umumkan Cawapres di Menit-menit Terakhir

Presiden Jokowi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Agus Rahmat.

VIVA – Calon Presiden petahana, Joko Widodo hingga kini belum mengumumkan figur yang akan mendampinginya di Pemilu 2019. Terakhir, ia mengaku ada lima nama kandidat yang masih digodok.

Pembangunan 1 Kota IKN Vs 40 Kota, Apa Rugi dan untungnya?

Lamanya penggodokan ini menurut peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Adjie Alfaraby karena banyak faktor dan variabel yang dipertimbangkan oleh Jokowi.

"Kayaknya Pak Jokowi maupun koalisi pendukung complicated dalam memilih Cawapres karena terlalu banyak variabel yang bermain di situ," kata Adjie kepada VIVA di Kantor LSI Jalan Pemuda Nomor 70, Rawamangun Jakarta Timur, Selasa 17 Juli 2018.

5 Poin Penting Kunjungan Jokowi ke Afrika

Semua ketua partai koalisi dianggap punya kompetensi dalam mendampingi Jokowi baik itu Airlangga dari Golkar, Romahurmuziy dari PPP hingga Muhaimin Iskandar dari PKB. Selain itu diakui Adjie, PDIP sebagai partai utama pengusung Jokowi juga punya kepentingan untuk kembali menang pada Pemilu 2024.

Menurut dia, Jokowi berada dalam banyak variabel itu.  

Rocky  Gerung Seorang Republikan

"Karena persoalannya coattail effect itu yang dilihat," katanya. 

Coattail effect adalah efek elektoral untuk partai setelah mencalonkan satu figur. Saat semua partai koalisi ingin mendapat efek elektoral karena mencalonkan Jokowi maka akan terjadi perdebatan di internal koalisi Jokowi karena Pemilu 2019 akan serentak antara Pileg dan Pilpres.

"Kalau kemudian ada kader partai yang menjadi Cawapres Pak Jokowi maka takutnya daya serap daya konversi elektoralnya Pak Jokowi hanya terfokus di satu atau dua partai," kata Adjie.

Adjie juga melihat, Jokowi belum mengumumkan cawapresnya karena sengaja akan menunggu waktu-waktu akhir. Langkah ini adalah strategi Jokowi untuk melihat siapa lawannya nanti. Ketika kemungkinan lawan yang diprediksi itu meleset maka Jokowi dan partai koalisi bisa melakukan koreksi terhadap Cawapres.

Faktor lain yang menurut Adjie adalah Jokowi belum merasa nyaman dengan elektoral pribadinya. Walau demikian, sekalipun petahana masih tertinggi namun menurutnya angka itu masih jauh dari aman.

"Sehingga dia butuh seorang Cawapres yang bukan hanya dari sisi kapasitas dan chemistry nyambung tapi juga dari Cawapres yang punya daya dorong elektoral atau minimal kalau saat ini masih belum terlalu kuat, dia punya daya tarik secara elektoral, magnet elektoralnya ada," kata Adjie. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya