SBY Ogah Gabung ke Jokowi, PDIP: Sindrom Partai Terbesar Masa Lalu

Hasil Pertemuan SBY-Prabowo Subianto, Agus Harimurti Yudhoyono AHY, Ibas
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono mengaku sulit berkoalisi dengan barisan pendukung Joko Widodo karena banyak kendala.

Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno menduga, ekspektasi Demokrat sebagai partai terbesar di masa lalu kelewat besar. "Kendala eksternal atau internal? Bisa jadi ekspektasi Partai Demokrat kelewat besar sebagai sedimen atau sindrom sebagai partai terbesar di masa lalu," kata Hendrawan saat dihubungi, Rabu 25 Juli 2018.

Menurutnya, dalam berkoalisi seharusnya mengedepankan komitmen. Karena itu, juga jangan membuat syarat-syarat awal kalkulatif-transaksional. Ia menyinggung koalisi diperlukan ketulusan bukan sekedar akal-akalan.

"Kami juga jadi bertanya-tanya, komplikasi batin seperti apa yang sedang berkecamuk di tubuh partai Demokrat. Soalnya memang trust dan respect harus dibangun dengan komitmen dan niat tulus. Jadi, hulunya niat tulus, bukan niat mengelabui atau akal-akalan," ujarnya menambahkan.

Baca: SBY Akui Banyak Rintangan Berkoalisi dengan Jokowi

Sebelumnya, usai bertemu dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, SBY mengaku berkoalisi dengan Presiden Joko Widodo hampir tak mungkin terjadi. Kendala itu diakui banyak, namun ia belum bisa bicara secara gamblang.

"Ya tidak perlu saya sampaikan secara detail. Koalisi terbangun apabila iklimnya baik, kesediaan saling berkoalisi juga ada. muncul trust dan respect dan lainnya. Itu menurut saya yang jadi hambatan," kata SBY.

Dalam pertemuan tersebut, SBY mengisyaratkan terbuka lebar membangun koalisi dengan Partai Gerindra besutan Prabowo untuk Pilpres 2019. Kemudian, ia siap menjalin komunikasi dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). (mus)

Survei PSI: Elektabilitas Golkar Tertinggi, Ungguli PDIP
Pembangunan di IKN (FOTO/ANTARA)

Pembangunan 1 Kota IKN Vs 40 Kota, Apa Rugi dan untungnya?

Pembangunan 1 Kota IKN Vs 40 Kota, Apa Rugi dan untungnya?

img_title
VIVA.co.id
2 Januari 2024