Kisah Yusuf Supendi, dari Islam Politik Menjadi Nasionalis

Deklarator PKS Yusuf Supendi semasa hidup.
Sumber :
  • Antara

VIVA - Pendiri Partai Keadilan yang kini menjadi Partai Keadilan Sejahtera KH Yusuf Supendi (60) berpulang pada Jumat, 3 Agustus 2018, lalu. Yusuf meninggal di tengah persiapannya menjadi calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Beberapa hari sebelum wafat, almarhum ternyata sempat bicara tentang langkah politiknya yang melawan arus, dari jalur Islam politik ke jalur nasionalis. Baginya, melawan arus merupakan sebuah keniscayaan manusia.

"Jadi merupakan karakter manusia, satu keniscayaan, harus melawan arus. Tapi jangan asal melawan arus, tentu demi kebaikan. Dalam hal ini kebaikan dunia dan akhirat," kata Yusuf dalam sebuah wawancara yang tersiar di Youtube, dikutip VIVA, Minggu, 5 Agustus 2018.

Sebagai politisi muslim, Yusuf mengatakan melawan arus merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditolak. Justru dalam melawan arus itu dalam rangka pengkristalan, menentukan mana yang baik, mana yang buruk.

"Namun bagi saya sih ini bukan (sekadar) urusan melawan arus, tapi ini merupakan isi hati nurani," ujar Yusuf.

Apakah nurani Yusuf saat memutuskan pindah ke jalur nasionalis, Yusuf lantas mengutip kitab dari Imam Qurtubi yang sering dia baca.

"Maka ketika menjelaskan surat Ali Imran ayat 79, Alladzi Ajma'ul Illa 'Ilmi Al Bashara Bi Siyasiatih, yaitu mumpuni dalam ilmu pengetahuan dan mapan dalam perpolitikan. Seorang hamba Allah, hamba Tuhan, politik itu bukan ala kadarnya sebagai pekerja politik ya. Harus menguasai perpolitikan itu," tegas Yusuf.

Yusuf mengakui memang dia bergabung PDI Perjuangan di waktu-waktu terakhir jelang pendaftaran bacaleg. Namun kajian-kajian sebelumnya sudah sangat panjang.

Prabowo Berkelakar Singgung Senyuman Berat, Anies: Kan Beliau yang Alami, Kita Biasa Aja

"Saya mencermati peta politik sebelum pilkada, setelah pilkada. Banyak teman teman yang mendorong saya bahwa Pak Yusuf itu harus aktif kembali di politik," ujarnya.

Mengenai keputusannya berlabuh ke PDIP, Yusuf mengatakan bahwa itu soal pilihan. "Tentu, melihat pilihan ini kalau dalam bahasa Islam itu 'ijtihad'. Setelah mendapatkan doa restu dari ibu dan didukung dengan keluarga maka saya bismillah tawakkaltu’alallah, saya menentukan pilihan itu ke PDIP, last minute. Tanggal 9 Juli 2018," tuturnya.

Mahfud MD Jelaskan Alasan Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres di KPU

Sosok Sederhana

Zelda Savitri yang menjadi pewawancara mengaku terkesan dengan kesahajaan Yusuf Supendi. Saat memenuhi undangan wawancara itu, kata Zelda, Yusuf datang bersama anaknya, Ayub.

Apa Jadinya Jika Timnas Indonesia U-23 Ketemu Israel di Olimpiade 2024?

"Waktu itu dari subuh beliau sudah melayani wawancara beberapa TV. Waktu giliran kami mau wawancara ada wartawan yang datang habis ngikutin dia, lalu dia bilang "tunggu ya nggak apa-apa kan saya wawancara sama dia dulu sebentar aja, kasihan dia udah nungguin saya dari pagi"," kata Zelda.

Saat mulai diwawancari Zelda, Yusuf juga sangat ramah dan berusaha untuk mengingat semua nama kru. "Orangnya sederhana, kalau menjelaskan sesuatu itu runut. Jadi sama dia ga dibuat ribet. Tutur katanya pun halus, dan dia bena-benar niat mau jelasin," ujar Zelda.

Saking niatnya menjelaskan sesuatu, tambah Zelda, bahkan Yusuf sempat menitipkan sejumlah buku kepadanya untuk dijadikan bahan referensi. “Supaya bisa disampaikan ke publik," ujar mantan presenter salah satu stasiun televisi swasta tersebut.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya