Utak-atik Ulama Jadi Pertaruhan Prabowo Lawan Jokowi

Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA/Rivan Awal Lingga

VIVA - Lembaga Survei Indonesia Strategic Institute (Instrat) menyatakan penempatan figur untuk calon wakil presiden oleh Jokowi maupun Prabowo Subianto dari kalangan ulama menjadi penentu citra dan kans kemenangan pada Pemilihan Presiden 2019.

KSAD Tegaskan TNI AD Tegak Lurus Selama Masa Transisi Kepimpinan Presiden Jokowi

Direktur Eksekutif Instrat, Jalu Priambodo, menilai dinamika di tengah masa pendaftaran di dua kubu memasuki situasi utak-atik koalisi umat. Jalu memprediksi jika Prabowo menggandeng antara Abdul Somad atau Habib Salim sebagai cawapres, maka Jokowi akan memilih cawapres antara Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB), Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Ketua Umum PPP M. Romahurmuzy, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, atau Ketua MUI Ma’ruf Amin.

"Seandainya Prabowo mengambil AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) sebagai cawapres, maka Jokowi juga tidak memiliki keharusan mengimbangi. Posisi Susi (Pudjiastuti), Moeldoko, Budi Gunawan, Puan (Maharani), SMI (Sri Mulyani) menguat," ujar Jalu, Rabu 8 Agustus 2018.

PKB Perkuat Politik Islam dalam Pemerintahan Prabowo-Gibran, Menurut Pengamat

Menurut Jalu, jika Prabowo memilih AHY, akan menguntungkan bagi Jokowi karena belum bisa mematahkan elektabilitasnya. Bahkan, Jokowi dinilai tidak perlu mengambil cawapres dari kalangan ulama untuk mengalahkan Prabowo jika dipasangkan AHY.

"Jika Prabowo berpasangan dengan AHY, sedangkan Jokowi mengambil cawapres dari kalangan Islam, maka Prabowo akan kehilangan klaim sebagai perwakilan umat Islam. Politik identitas akan berkurang jauh sebagai faktor pendongkrak," ujarnya.

Soal PKB Gabung di Pemerintahan Prabowo, Cak Imin: Sudah Cethowelo-welo, Jelas Terpampang

Jalu menambahkan, koalisi umat akan kuat jika Prabowo mengambil figur cawapres dari kalangan ulama. Jalu menambahkan politik identitas Prabowo akan menguat untuk mengalahkan Jokowi.

"Jika Prabowo mengambil cawapres dari kalangan Islam, sedangkan Jokowi mengambil cawapres bukan dari kalangan Islam, maka politik identitas akan tetap kuat sebagai faktor pendongkrak," katanya.

"Dalam skenario dua pasangan calon, terlihat sekali posisi tawar Islam hanya sebagai pelengkap atau hanya untuk membuat skor imbang saja. Posisi PKS, PAN, PKB, PPP, PBB pada dasarnya lemah dan tergantung satu sama lain. Beda jika ada keinginan membuat poros ketiga," tambahnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya