Titiek Soeharto: Jangan Sampai Krisis Moneter Berulang

Siti Hediyati Hariyadi atau Titiek Soeharto (tengah)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya, Siti Hediati Haryadi, yang akrab dengan sapaan Titiek Soeharto berharap krisis moneter pada tahun 1998 tidak terulang lagi. Hal itu menanggapi nilai tukar dolar US terhadap rupiah yang sempat menyentuh Rp15 ribu per dolar nya.

Loyo, Rupiah Dibuka Melemah Jelang Libur Lebaran Idul Fitri

"Kami prihatin, jangan sampai krisis ekonomi 1998 bisa terjadi lagi saat ini. Pemerintah diharapkan bisa menangani ini dengan baik," kata Titiek Soeharto saat ditemui di Kota Cilegon usai memberikan pelatihan kepada calon anggota legislatif (caleg) Partai Berkarya Banten, Selasa malam 11 September 2018.

Dia meminta Presiden Jokowi serius menangani pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang sudah berlangsung selama beberapa hari.

Rupiah Melemah jadi Rp15.906, Dipicu Solidnya Ekonomi AS

Dia bercerita kalau sudah banyak pengusaha mengeluhkan kenaikan dolar di Indonesia. Tak hanya itu, pelaku usaha sektor UMKM pun merasakan dampak negatif dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

"Kalau kita lihat dunia usaha, pengusaha kecil sudah mengeluh. Bukan pribumi saja, tapi semuanya sudah mengeluh. Ini hanya bom waktu, bisa meledak kapan saja," kata mantan politisi Partai Golkar itu.

Masih Loyo, Rupiah Dibuka Melemah Nyaris Tembus Rp 16 Ribu per Dolar AS

Titiek menyebut pemerintahan Jokowi harus segera merespons keresahan di masyarakat dan menguatkan kembali nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Sehingga, keadaan ekonomi Indonesia segera kembali pulih dan tidak terjadi krisis ekonomi seperti di tahun 1997 sampai 1998.

"Setiap masyarakat komplain, seolah-olah pemerintah, menteri keuangan, mengatakan ini biasa-biasa saja. Kita sudah mengalami dulu, bahwa tidak jauh berbeda dengan sekarang. Sambutan pemerintah setengah hati," ucap dia.

Titiek meminta pejabat pemerintah yang memiliki simpanan dolar Amerika nya untuk dilepas ke pasaran agar membantu pemerintah menekan pelemahan nilai tukar rupiah kepada dollar.

"Baru Pak Sandi (Sandiaga Uno) saja yang melakukannya," kata dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya