- ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
VIVA - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto menyesalkan dramatisasi dugaan penganiayaan terhadap aktivis sosial Ratna Sarumpaet yang ditampilkan oleh elite politik.
Dia menilai opini yang coba dibangun seolah penganiayaan datang dari pro atau pendukung Presiden Jokowi lantaran sikap Ratna yang kerap berseberangan dengan pemerintah.
"Apa yang dipertontonkan dengan mempolitisasi kasus kekerasan secara sepihak tanpa adanya laporan ke polisi dan keterangan resmi dari rumah sakit, hanya menghadirkan atraksi playing victim yang tidak etis dan telah mengusik rasa kemanusiaan kita. Sebab saat ini perhatian seluruh bangsa ditujukan pada upaya menolong rakyat," kata Hasto ketika dikonfirmasi lewat pesan tertulis, Rabu 3 Oktober 2018.
Hasto beranggapan upaya mempolitisasi pengeroyokan yang diterima Ratna di luar akal sehat. Harusnya seluruh elemen bangsa fokus pada penanganan dan membantu korban pasca gempa di sejumlah wilayah Sulawesi Tengah.
"Sebab saat ini perhatian seluruh bangsa ditujukan pada upaya menolong rakyat yang menjadi korban bencana," kata dia.
"Rakyat tahu bahwa Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf tidak memiliki tradisi kekerasan sama sekali. Sementara yang di sana memiliki banyak pengalaman kelam terhadap berbagai bentuk tindak kekerasan," tambahnya.
Sebelumnya, sikap kekesalan atas penganiayaan Ratna datang dari berbagai pihak, di antaranya beberapa kader partai non-koalisi Jokowi yang mana dirinya selaku kandidat petahana di Pilpres 2019.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera, Mardani Ali Sera, menyebut kejadian ini adalah bencana dan harus segera diusut pihak kepolisian. Ia menduga, di balik penganiayaan tersebut ada niat membungkap sikap kritis Ratna.
"Ini upaya untuk bungkam seorang Ratna. Dan, kami bisa pastikan Ratna insya Allah melawan. Dan, agar orang-orang seperti Ratna, Novel Baswedan, Munir itu akan terus ada di bumi Indonesia," kata Mardani, kemarin.
Hal yang sama juga dikatakan Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean. Menurut dia, apa yang dialami Ratna mencoba mengekang aktivitas Ratna bersuara di publik.
"Apabila ini terkait aktivitas politiknya, maka sungguh negeri ini semakin jauh dari rasa aman dan demokrasi semakin mati," kata Ferdinand. (ase)