Ma'ruf Amin Minta Santri Tak Hanya Belajar Alquran

Calon Wakil Presiden Nomor Urut 01 Ma'ruf Amin.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Calon Wakil Presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin meminta, para santri tidak hanya belajar membaca Alquran dan Kitab Kuning. Namun belajar lebih luas lagi, soal situasi kehidupan sehingga bisa memberi jalan keluar bagi permasalahan bangsa.

Wapres: Air Bersih Penentu Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

"Santri sekarang harus melengkapi diri melawan isu-isu yang ada, agar dapat menangkal berita miring dan hoax. Jadi tidak hanya mampu membaca Alquran dan menulis serta membaca kitab kuning," kata Ma'ruf melalui siaran pers, Jumat, 19 Oktober 2018.

Ma'ruf mengungkapkan hal itu saat menghadiri peringatan Hari Santri Nasional ke-2 bersama Ulama se-Madura di Pondok Pesantren Hidayatulloh Al Muhajirin, Arosbaya, Bangkalan, Madura. 

Wapres: Stunting Rugikan Negara Hingga Rp450 Triliun

Sejak zaman dahulu, Ma'ruf menjelaskan, pondok pesantren bertugas menyiapkan generasi untuk membangun bangsa dan negara. Atas dasar itu, dia berharap para santri bisa membaca huruf-huruf Allah di dalam tata kehidupan sehingga bisa membaca situasi dan kondisi, problem-problem yang terjadi. 

Menurut dia, santri sekarang ini menghadapi tantangan lebih berat. "Karena harus menguasai digital untuk menghadapi tantangan global," ujarnya.

Mario Suryo Aji Minta Restu Wapres Jelang Tampil di Moto3 2022

Dia juga mengingatkan, para santri zaman now agar belajar benar sejarah perjuangan santri di Indonesia. Sebab, santri sudah tampil sejak zaman penjajahan bersama para pejuang, melakukan resolusi jihad melawan penjajah.

"Yang dikeluarkan pada 22 Oktober, pada 10 November 1945, di Surabaya, penjajah diusir. Selama ini, peristiwa resolusi jihad itu banyak dilupakan oleh orang. Hingga pada era Presiden Jokowi lah peristiwa itu diingat kembali dengan penetapannya sebagai Hari Santri Nasional," ujarnya. 

Ma'ruf juga mengingatkan, agar ulama dan santri tidak mudah dirusak. Apalagi belakangan ini, banyak cara berpikir dan aliran baru yang sedikit-sedikit menuding cara berpikir lain sebagai bid'ah. "Tantangan saat ini adalah cara berpikir yang tidak sesuai dengan ulama, seperti upaya menganti kenegaraan," katanya. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya