- ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
VIVA – Pernyataan heboh pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 01, Jokowi dan Ma'ruf Amin, beberapa waktu ini menjadi perdebatan publik. Jokowi pernah melontarkan istilah politikus sontoloyo dan genderuwo. Lalu, Kiai Ma'ruf menyampaikan pembelaan untuk Jokowi dengan bilang buta dan budek.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Rachland Nashidik, merespons istilah yang menjadi perhatian publik. Ia menyinggung pengaruh kekuasaan makin memperlihatkan siapa sesungguhnya seseorang.
"Yang satu bilang "sontoloyo", "gebuk" dan "genderuwo". Sebelahnya bilang "buta dan budek". Kekuasaan memang tak mengubah seseorang, melainkan menampilkan siapa dia sesungguhnya, entah berjas atau pakai sarung," dikutip dari twitter @RachlanNashidik, Senin 12 November 2018.
Menurutnya, orang dengan kemampuan berbeda, baik itu buta, budek, dan lumpuh, juga warga negara. Mereka bukan cuma mampu tapi juga berhak menilai pemerintah.
"Cawapres Mar'uf Amin jangan sepelekan mereka. Lagi pula, di bilik suara nanti, suara mereka dihitung satu, sama dengan kita semua," kata Rachland.
Sebelumnya, Jokowi menjelaskan, saat ini, banyak politikus yang memengaruhi. Tetapi, tidak memiliki etika dan sopan santun. "Coba kita lihat, politik dengan propaganda menakutkan membuat kekhawatiran, propaganda ketakutan coba," kata Jokowi, saat acara pembagian sertifikat di Tegal, Jawa Tengah, Jumat 9 November 2018.
Lalu Ma'ruf heran banyak yang mengkritik kinerja Jokowi. Dalam pidatonya di acara deklarasi relawan, Sabtu, 10 November 2018, Ma’ruf menyinggung soal kinerja Jokowi. Ma’ruf menyebut kecuali orang buta dan budek saja yang tidak bisa melihat keberhasilan kinerja Jokowi.
"Orang-orang yang sehat bisa dapat melihat jelas prestasi yang ditorehkan oleh Pak Jokowi, kecuali orang budek saja tidak mau mendengar informasi dan kecuali orang-orang buta saja tidak bisa melihat realitas kenyataan," kata Ma’ruf. (ase)