Novel Sebut Era Jokowi Surganya Para Penista Agama

Novel Bamukmin
Sumber :
  • VIVA / Ridho Permana

VIVA - Juru Bicara Persaudaraan Alumni 212, Novel Chaidir Bamukmin, memastikan reuni akbar alumni 212 yang akan diselenggarakan 2 Desember 2018 tak ada hubungannya dengan politik praktis. Meskipun Novel menyadari tahun ini merupakan tahun politik.

Ribuan Aparat Keamanan Jaga Aksi PA 212 dan Ormas Lain Depan Kedubes AS

"Kami dari PA 212 saat ini agenda utamanya tidak usung agenda politik, karena acara ini akan berlangsung setiap tahun pemerintahan. Siapapun (yang berkuasa) akan kami buat, karena ini jadi silaturahmi akbar ulama atau aktivis yang mau bela agama," kata Novel dalam diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 16 November 2018.

Novel menuturkan, dewasa ini Islam semakin tersudutkan di Tanah Air. Lebih-lebih pada rezim Presiden Jokowi. Dia menyebut, era pemerintahan saat ini, Indonesia menjadi surganya para penista agama.

Catat 18 Kantong Parkir saat Munajat 212 di Monas

"Tahun-tahun ini persis seperti PKI," kata Novel.

Sejatinya, kata Novel, isu agama tak bisa dikesampingkan di bangsa ini, karena Indonesia lahir karena agama. Hal ini juga ditegaskan oleh fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 2015 lalu, yang menyebut bahwa agama tidak bisa dipisahkan dari politik.

Penampakan Ribuan Warga di Munajat Kubro 212 yang Digelar dari Jam 3 Pagi di Monas

"Agama jangan dipisahkan dari politik dan itu fatwa MUI bahwa negara ini dibangun berdasarkan atas landasan agama dan itu sudah tertuang dalam Pancasila dan akan kita pelihara. Sejak awal Pancasila kita tenang-tenang saja, tapi karena Ahok kita jadi bergerak. Tapi kita enggak benci dengan agamanya. Sulit banget mencari keadilan," kata Novel.

Novel mengungkapkan, ketika Ahok berkampanye pada Pilkada DKI Jakarta 2017, sering keluarkan pernyataan-pernyataan yang menyerang agama Islam. Bukannya dia diadili, kata Novel, justru Ahok semakin diberi akses oleh rezim Jokowi.

Oleh karena itu, aksi yang dilakukan oleh umat Islam pada 2016 silam, tujuannya adalah melawan kezaliman dan kemungkaran.

"Sehingga gerakan ini jadi wadah untuk kontrol negara. Penista agama lagi marak. Banyak ulama dikriminalisasi, LGBT merajalela, apalagi yang kita minta hanya keadilan. Keadilan mahal sekali di negeri ini khususnya di rezim ini. Harus turunkan 8 juta orang baru diproses (Ahok)," tutur Novel.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya