Jokowi Klaim Jadi Gubernur DKI Tanpa Biaya, BPN: Itu Bohong

Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin menjawab pertanyaan saat Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Calon presiden RI nomor urut 01, Joko Widodo, sempat menyatakan bahwa dirinya selama ini berpolitik tanpa biaya yang mahal. Hal itu dikatakan Jokowi dalam debat kandidat perdana yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Kamis malam, 17 Januari 2019.

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Namun, hal ini dibantah oleh Nicholay Aprilindo, sahabat Jokowi yang saat ini menjadi anggota Direktorat Komunikasi dan Media Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Nicho, sapaannya, geram atas pernyataan Jokowi yang mengatakan tidak mengeluarkan biaya politik saat jadi wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta.

Oleh karena itu, Nicho mengungkap semua proses perjalanan politik Jokowi saat menduduki jabatan wali kota Solo hingga menjadi gubernur DKI.

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!

Nicho menceritakan, saat itu pada 2008, Jokowi mengundang Nicholay ke rumah dinas wali kota Solo, Loji Gandrung. Jokowi minta dikenalkan kepada adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo. Pada saat itu, Jokowi memaparkan kesuksesannya jadi wali kota Solo kepada Hashim dan meminta dibantu untuk jadi gubernur di DKI Jakarta

Hashim mulai tertarik dengan Jokowi, kemudian ingin menjadikan Jokowi gubernur Jawa Tengah kala itu. Namun, Jokowi bersikeras meminta untuk dijadikan gubernur DKI. Hashim akhirnya setuju dan mulai mempersiapkan untuk memenangkan Jokowi dalam Pilkada DKI 2012.

Prabowo Cerita Tak sampai Satu Jam Putuskan Terima Ajakan Jokowi Gabung Kabinet

Menurut Nicho, saat itu Gerindra tak bisa mengusung sendiri, sehingga memilih berkoalisi dengan PDIP. Bahkan, kata Nicho, Prabowo yang membujuk Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri agar PDIP mendukung Jokowi sampai Mega akhirnya setuju bersama dengan Gerindra mengusung Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

“Pak Prabowo datang ke Bu Mega meyakinkan bahwa Jokowi layak untuk menjadi gubernur. Setelah itu, Bu Mega setuju,” ujarnya di Media Center Prabowo-Sandi, Kamis malam, 17 Januari 2019.

Diungkapkannya, Megawati ketika itu ingin mendukung Fauzi Bowo. Tapi, akhirnya Mega setuju Jokowi. Kemudian, sejak itu Gerindra-PDIP mulai bekerja untuk memenangkan Jokowi.

Jokowi, kata Nicho, sering mengeluh kepada Hashim bahwa dirinya tak punya uang, namun ingin maju menjadi gubernur DKI. Karena percaya kepada Jokowi, akhirnya Hashim menanggung semua biaya politik Jokowi yang jumlahnya hingga ratusan miliar rupiah.

"Itu kalau dikalkulasi sampai ratusan miliar. Jadi dia katakan tanpa biaya politik itu bohong. Saya saksi hidupnya dan ada beberapa teman saksi hidup. Kita yang mengantar duit itu, pakai kantong kresek lho ke rumah pemenangan, ke Jokowi langsung," ujarnya.

Nicho begitu kesal dengan pernyataan Jokowi dalam debat yang diibaratkan seperti kacang lupa kulitnya. Nicho meyakinkan bahwa apa yang disampaikannya merupakan fakta, sebab dia selalu ikut dalam pertemuan antara Jokowi dan Hashim.

"Ini fakta yang saya sampaikan, setiap ada pertemuan saya ikut. Pak Hashim kecewa dong. Gimana sih dikhianati ketika sudah jadi gubernur dan presiden, tidak ada ucapan maaf, apresiasi pun tidak. Tidak ada minta izin atau minta maaf," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya