Bachtiar Nasir: Kampanye Prabowo-Sandi di GBK Bukan Politik Identitas

Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di SUGBK Jakarta
Sumber :
  • ANTARA Foto/Galih Pradipta

VIVA – Ustaz Bachtiar Nasir atau akrab disapa UBN menyebut kampanye akbar Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) adalah bukan politik identitas. Dia menyatakan kampanye akbar paslon nomor urut 02 itu adalah kampanye kearifan lokal atau kampanye kearifan Indonesia. 

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Hal itu terlihat bahwa simpatisan Prabowo-Sandi yang hadir dalam kampanye terbuka pada Minggu pagi, 7 April 2019 di GBK tidak hanya dari kalangan Muslim tetapi juga non-Muslim.

"Kampanye akbar 02 di GBK Senayan bukan kampanye politik identitas, tepatnya kampanye kearifan lokal, kampanye kearifan Indonesia, yang majemuk ini. Saya melihat dan merasakan sendiri berada di atmosfer Senayan saat itu. Suasananya saat ini luar biasa beragam bukan cuma Muslim yang datang tapi non-Muslim," kata UBN dalam pernyataan pers yang diterima di Jakarta, Senin 8 April 2019.

Prabowo Kaget Ada Pemuda Ngaku Siap Mati untuknya di Pilpres 2019: Saya Suruh Pulang!

Pernyataan UBN ini menjawab kekhawatiran Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang menginginkan kampanye terbuka Prabowo-Sandi dibuat dengan konsep lebih menjunjung kebhinekaan dan tidak hanya dikhususkan untuk satu golongan saja.

UBN mengungkapkan suasana toleransi antara umat beragama dalam kampanye akbar tersebut. Dia mengatakan, ketika peserta kampanye akbar yang Muslim salat Subuh, simpatisan non-Muslim juga berdoa menurut keyakinannya masing-masing. 

Prabowo Cerita Tak sampai Satu Jam Putuskan Terima Ajakan Jokowi Gabung Kabinet

"Di beberapa sudut, mereka yang non-Muslim juga sangat menghargai dan penuh toleransi, dan kami tidak menghujat saudara kami yang tidak melaksanakan ibadah seperti kami," ujarnya.

UBN mengungkapkan, banyak tokoh non-Muslim hadir dalam kampanye akbar di GBK. Bendera Merah Putih sangat dominan. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan dengan penuh hikmat dan orasi-orasi kebangsaan yang sangat kental dengan nilai-nilai kebangsaan juga diekspresikan dalam kampanye. 

Dia menegaskan, kampanye ala kearifan lokal ini menjadi sesuatu yang biasa terjadi di tengah masyarakat. Kampanye yang dilakukan Prabowo-Sandi selama ini pun dilakukan semua partai.

Misalnya, memberikan gelar adat istiadat kepada calon presiden atau calon wakil presiden di satu suku seperti itu dialami presiden-presiden sebelumnya, masuk pesantren atau kampanye silaturahmi tokoh agama. Hal itu disebutnya, juga sama dilakukan paslon lain, misalnya dengan deklarasi atas nama ulama.  

"Itu semua adalah hal-hal yang pernah terjadi. Tetapi kenapa jika dilakukan oleh mayoritas umat Islam bersama paslon 02 diidentikkan sebagai politik identitas?" ujarnya.  

Menurut UBN, suasana pada saat di sana mungkin tidak dirasakan oleh masyarakat yang tidak hadir. Apa yang terjadi adalah spontanitas yang menjadi kebiasaan sebagian besar umat Islam, misalnya budaya-budaya membaca maulid, munajat kubro, hingga gema-gema takbir. 

"Hal-hal yang sebetulnya biasa," ujarnya. 

Selain itu, ada banyak bendera komunitas dan bendera partai yang dikibarkan di sana. Jika terlihat banyak yang hadir mengenakan hijab karena mayoritas umat Islam sudah banyak berhijab. 

"Tetapi yang tidak mengenakan hijab tidak didiskriminasikan, semua bebas mengenakan pakaiannya, bisa bernyanyi, berfoto sehingga suasana persaudaraan, suasana persatuan yang bisa kita katakan Indonesia banget lah," tuturnya.

Dia juga menegaskan dalam kampanye akbar di GBK tidak ada bagi-bagi amplop, ketertiban, dan kebersihan terjaga. Kampanye berjalan sesuai dengan tradisi orang-orang Indonesia.

"Ini yang saya sebut kampanye kearifan lokal, semua berjalan sesuai dengan adat istiadat dan tradisi orang-orang Indonesia. Mudah-mudahan tidak salah paham, ke depan, jika ada yang identik dengan Islam janganlah terlalu cepat distigmakan sebagai identitas yang terlarang," ujarnya. 

"Bagaimana mungkin kita menjauhkan umat Islam dari tradisi-tradisi ke-Islaman-nya padahal mayoritas bangsa Indonesia adalah umat Islam". 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya