PDIP Sebut Prabowo Ingkari Komitmen Deklarasi Pemilu Damai 

Jubir TKN Hasto Kristiyanto
Sumber :
  • VIVA/Eduward Ambarita

VIVA – PDI Perjuangan sangat menyayangkan manuver calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto yang menarik seluruh saksi mereka dari proses rekapitulasi di KPU tingkat pusat.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

Menurut Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, tindakan menarik saksi mengingkari komitmen deklarasi damai yang mana Prabowo sendiri ikut menandatanganinya. Komitmen itu ditandatangani oleh calon presiden serta calon wakil presiden, dan seluruh ketua umum partai politik. 

"Sikap menarik saksi tidak akan mengganggu legalitas hasil rekapitulasi. Sikap itu sangat disayangkan, bertentangan dengan komitmen deklarasi pemilu damai," kata Hasto ketika dikonfirmasi, Kamis 16 Mei 2019.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

Hasto menerangkan, komitmen deklarasi damai merupakan kontrak politik agar setiap kandidat yang berkontestasi sepakat mengikuti aturan undang-undang. Selama ini, kata dia, partai berlambang 'banteng' termasuk, ketua umumnya Megawati Soekarnoputri, percaya pada sikap kenegarawanan Prabowo.

"Selama ini Ibu Megawati Soekarnoputri pun dalam berbagai kesempatan juga selalu menyampaikan hal-hal positif tentang Pak Prabowo. Jadi PDI Perjuangan meyakini dengan melihat dukungan para tokoh nasional, kesiapan TNI dan Polri, serta kematangan rakyat Indonesia, maka puncak rekapitulasi pada tanggal  22 Mei 2019 nanti, situasi politik akan aman dan terkendali,” ujarnya. 

Paguyuban Marga Tionghoa Dorong Gunakan Hak Pilih 14 Februari untuk Lahirkan Pemimpin Berkualitas

Namun, Hasto memandang pemilu serentak kali ini menyisakan catatan. Seperti narasi kecurangan yang dibangun oleh pihak-pihak yang kecewa. Namun ia menyoroti, bahwasanya pelaksanaan pemilihan legislatif lebih rumit ketimbang pemilihan presiden.

Ia juga merujuk, partisipasi pemilih lebih dari 80 persen, dan hasil survei sejumlah lembaga yang 92 persen menyatakan menerima hasil pemilu membuktikan makin dewasanya masyarakat dalam politik. 

"Dengan demikian, dalam praktik, maka kemungkinan manipulasi dalam pemilu presiden jauh lebih sulit daripada pemilu legislatif. Apalagi dengan jumlah pemilih yang hadir ke TPS mencapai lebih dari 155  juta," kata dia. (ren)


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya