Batu Sandungan Airlangga untuk Pimpin Golkar Lagi

Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • Dok. Partai Golkar.

VIVA - Merosotnya suara dan raihan kursi Partai Golkar disebut sebagai faktor utama Airlangga Hartarto belakangan dikritik dari kalangan internal. Jelang Musyawarah Nasional dalam rangka pergantian ketua umum, Airlangga yang juga kandidat petahana, dianggap punya batu sandungan.

Asia Business Council, Menko Airlangga Yakinkan Komitmen Indonesia Mempercepat Pembangunan Ekonomi

Menurut Peneliti bidang Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiarti, Munas Golkar nanti bisa dipastikan agenda utamanya adalah evaluasi kepemimpinan saat ini.

"Kondisi menurunnya perolehan suara Golkar di DPR RI secara persentase dari Pileg 2019 bisa menjadi catatan evaluasi baginya dalam munas nanti," kata Aisah ketika dihubungi di Jakarta, Senin, 29 Juli 2019.

Soal Konflik Israel-Iran, Airlangga Cermati Dampak ke Sektor Logistik Minyak Mentah Dunia

Aisah mengatakan, hal yang wajar jika pengurus pusat dan daerah meminta pertanggungjawaban kepemimpinan partai beringin saat ini. Golkar yang pada Pileg 2014 lalu meraih 14,7 persen suara nasional, pada pemilu kali ini turun sebanyak dua persen.

Apalagi belakangan, nama Airlangga yang juga Menteri Perindustrian, disebut pernah ikut dalam pertemuan membahas pembangunan PLTU Riau-1, sebagaimana proyek tersebut tengah ditangani KPK.

Airlangga Percaya Diri Dipilih Lagi secara Aklamasi di Munas Golkar

"Jika ini dilanjutkan oleh KPK juga bisa menjadi batu ganjalan bagi Airlangga dalam proses pemilu internal Golkar nanti," ujarnya.

Aisah menyadari, saat ini Bambang Soesatyo, Ketua DPR sekaligus Wakil Koordinator Bidang Pratama Golkar, menjadi calon kuat ketua umum pada munas nanti. Ia memprediksi, kontestan merebut kursi beringin 1 akan berimbang. Pasalnya, Bamsoet - sapaan Bambang, juga sudah sowan ke beberapa tokoh senior partai hingga Presiden Jokowi.

Belakangan, Bambang diketahui telah menyambangi BJ. Habibie, Akbar Tandjung, Jusuf Kalla, Ade Komarudin dan Syarif Cicip Sutarjo.

"Dari segi simbol politik, pertemuan dengan Bamsoet beberapa waktu lalu bisa menjadi sinyal kecenderungan dukungan Jokowi pada Bamsoet. Namun, tentunya kita tidak bisa memastikan hal tersebut, karena proses menuju munas masih panjang," ujar Aisah.

"Gerakan ke tokoh penting di level nasional, dan diikuti konsolidasi kekuatan ke bawah," tambahnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya