Fadli Zon: Jabatan Presiden 3 Periode Sama Saja Buka Kotak Pandora

Fadli Zon.
Sumber :
  • VIVA/Lilis Khalisotussurur

VIVA – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon memandang ide jabatan presiden tiga periode sama saja membuka kotak pandora. Selain itu, penambahan masa jabatan presiden ini juga akan memicu diskursus lain yang substansial seperti pemilihan langsung oleh MPR, hingga bentuk negara.

Gerindra Akui Agenda Pertemuan Prabowo dengan Megawati Sedang Disusun

"Sebagian orang mungkin akan menuntut pembahasan ulang dasar negara, dan hal-hal yang tidak produktif lainnya yang akan menenggelamkan kita pada pertengkaran dan kehancuran. Jadi, ide penambahan masa jabatan presiden menjadi 3 periode sama saja membuka kotak pandora," katanya, lewat akun Twitternya, Senin, 2 Desember 2019.

Fadli juga menjelaskan prinsip ketika mendiskusikan kekuasaan dalam konteks demokrasi adalah pembatasan dan kontrol, bukan malah justru melonggarkannya. Sebab, kata dia, meminjam Lord Acton bahwa kekuasaan itu cenderung menyeleweng. Dan, kekuasaan yang absolut kecenderungan menyelewengnya juga absolut.

Ogah Usung Anies di Pilgub Jakarta, Gerindra: Kita Punya Jagoan Lebih Muda dan Fresh

Menurut dia, dalam diskusi mengenai kekuasaan, setiap orang bahkan harus dicurigai sebagai orang jahat yang perlu dikontrol. Dan ini berlaku juga bagi orang besar atau negarawan Sehingga, ide penambahan periode jabatan presiden ini tak masuk kriteria untuk bisa didiskusikan lebih jauh.

"Ide tersebut bahkan harus segera didiskualifikasi dari perbincangan, harus ditolak sejak awal. Saya berharap wacana tersebut tidak diteruskan. Pemerintah sebaiknya fokus benahi ekonomi untuk kesejahteraan rakyat," jelas Fadli Zon.

Dasco : Amicus Curiae Pernah Disampaikan Kubu 03, Tapi Patah di Persidangan

Sebab, kata dia, yang dibutuhkan saat ini meremajakan kembali reformasi, bukan malah menarik mundur kembali reformasi.

"Jika wacana tersebut dibiarkan hidup, saya khawatir harga politiknya sangat mahal. Dan ini pernah terjadi di Paraguay pada 2018, Burkina Faso di 2015, dan Malawi pada 2002. Jadi sudahlah jangan beri rakyat wacana ngawur yang bisa memundurkan bahkan mematikan demokrasi. Ini sama saja buka kotak pandora," tutur Fadli Zon.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya