Bela Susi, Fadli Zon: Edhy Prabowo Jangan Apriori

Fadli Zon.
Sumber :
  • VIVA/Lilis Khalisotussurur

VIVA – Dua elit Partai Gerindra punya pandangan berbeda soal rencana Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang mau ekspor benih lobster, yakni Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon dan Sufmi Dasco Ahmad.

Cegah Penyelundupan BBL, KKP Perketat Pengawasan di Sektor Darat dan Laut

Wakil Ketua Umum Fadli Zon mengingatkan Edhy sebagai kolega supaya mendengarkan masukan dan kritik dari semua pihak yang baik soal benih lobster, termasuk Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019.

Jangan apriori walau datang dari manapun, apalagi dari pendahulu @susipudjiastuti yang punya nasionalisme tinggi. Saya yakin Menteri Edhy Prabowo akan bijak bersikap,” kata Fadli lewat Twitternya yang dikutip pada Selasa, 17 Desember 2019.

KKP Gelar Operasi Bersama Pengawasan Penyelundupan BBL di Bandara Internasional Juanda

Sedangkan Dasco mendukung Edhy supaya mengabaikan orang-orang yang menyerang terkait rencananya ingin mengeskpor benih lobster Indonesia ke luar negeri.

Vietnam Jadi Surga Penyelundupan Benih Lobster RI, Ternyata Ini Alasannya

"@Edhy_Prabowo. Tetap semangat jadi menterinya nelayan Indonesia, jangan hirauin serangan lobster yang belum move on. Nanti rakyat yang menilai," kata Dasco.

Jaga habitat bibit lobster di alam

Sementara mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, lobster harus terus ada dan dijaga karena berbeda dengan nikel. Menurut dia, nikel adalah sumber daya alam yang tidak renewable atau bisa habis.

Nikel itu benda mati, tidak bisa beranak pianak diambil akan habis. Lobster itu mahluk hidup bernyawa, berkembang biak/beranak pianak. Kita jaga habitat dan keberlanjutan bibit-bitinya di alam, pasti lobster itu akan tetap ada, banyak sepanjang masa untuk kita ambil, makan dan jual,” tutur Susi.

Menurut dia, lobster salah satu dari sedikit sumber daya alam laut yang bisa diakses atau ditangkap dengan mudah oleh pancing, bubu dari para nelayan kecil di pesisir. Sehingga, pengambilan tidak perlu dengan kapal besar atau alat modern lainnya.

“Negara wajib menjaga sumber livelyhood nelayan kecil ini dengan benar dan baik,” ujarnya.

Ia menyebut negara seperti Australia, India, Cuba dan lainnya yang ada Panulirus Hommarus tidak mengambil bibitnya, tapi mengambil ukuran tertentu saja. Misalnya, Australia minimal 1 pound dan ukuran maksimal juga diatur, kemudian yang besar bisa jadi indukan yang produktif. 

“Mereka tidak budi dayakan bibit, tidak ekspor bibit. Apakah karena mereka lebih bodoh dari kita?,” ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya