Oso Cerita Tolak Jabatan Wantimpres di Munas Hanura

Ketua Umum Hanura, Oesman Sapta Odang
Sumber :
  • VIVAnews/Anwar Sadat

VIVA – Partai Hati Nurani Rakyat atau Hanura menggelar Rapat Pimpinan Nasional II sekaligus Musyawarah Nasional ke III pada hari ini Selasa malam 17 Desember 2019. Acara ini dibuka secara langsung oleh Ketua Umum Hanura, Oesman Sapta Odang, di Hotel Sultan Jakarta.

Selesaikan Persoalan Papua, Jusuf Kalla Beri Saran Begini ke Prabowo-Gibran

Dalam sambutannya tersebut pria yang akrab disapa Oso tersebut sempat menyinggung terjadinya dualisme di internal Partai Hanura pada beberapa waktu lalu. Namun, meski diterjang badai seperti itu, Oso bangga Hanura bisa tetap bertahan sampai saat ini.

"Kita masih ingat, jelang pemilu, partai kita diterjang badai politik yang begitu dahsyat. Badai yang dibangun oleh orang yang pernah dibesarkan partai Hanura. Dan ketika para pengkhianat partai itu gagal, mereka pindah ke partai lain. Syukur Alhamdulillah, meskipun diterjang badai, kita masih dipercaya oleh rakyat sampai saat ini," kata Oso di Hotel Sultan, Jakarta Selasa malam.

Jusuf Kalla Puji Cara Prabowo Subianto Rangkul Lawan Politiknya

Oso menambahkan, sebagai ketua umum, dirinya akan terus setia dan solid bersama para kader. Dia tak akan meninggalkan Partai hanya demi sebuah jabatan.

Mantan Ketua DPD RI ini sempat menyinggung ketika dia ditawari jabatan Wantimpres oleh Presiden Joko Widodo, namun jabatan tersebut ditolaknya. Sebab dia tak ingin meninggalkan Hanura dan kader yang telah loyal terhadapnya.

Jokowi Bakal Siapkan Program Unggulan Prabowo-Gibran Masuk dalam RAPBN 2025

"Tugas saya selaku pimpinan partai telah saya laksanakan, posisi yang lain telah saya tolak jika saya harus lepaskan jabatan Ketua Umum. Saya terimakasih Presiden yang telah tawarkan saya duduk di dewan pertimbangan presiden. Di situ menandakan Presiden Jokowi tak pernah meninggalkan kita. Tapi saya lebih memilih bersama saudara-saudara saya, para kader partai Hanura," kata Oso.

Menurut Oso, sangat tidak tepat apabila dirinya sebagai ketua umum partai rela meninggalkan Hanura demi sebuah jabatan. Ketua umum partai adalah amanah yang diberikan kader kepadanya, maka dari itu dirinya menolak jabatan karena tak ingin mengecewakan kadernya.

"Saya merasa tidak bermoral, jika hanya karena sebuah jabatan saya harus tinggalkan amanah yang saudara berikan kepada saya. Mencintai Republik itu berarti mencintai dan membesarkan partai ini. Termasuk di dalamnya mencintai saudara yang telah berkomitmen dan loyal terhadap partai," ujarnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya