Prabowo: Dulu Gerindra Ditertawakan, Dihina, Tak Diperhitungkan

Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Anies Baswedan
Sumber :
  • Twitter @fadlizon

VIVAnews - Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengenang saat 12 tahun lalu bersama para tokoh lainnya mendirikan Partai Gerindra. Saat itu, ia sempat diejek dan Gerindra juga tak diperhitungkan.

Prabowo Bakal Ketemu Cak Imin Pasca Penetapan KPU, PAN Bilang Begini

"12 tahun yang lalu dari tidak ada apa-apa, kita berkumpul dengan suatu gagasan besar. Gagasan ingin ikut mempengaruhi jalannya kehidupan bangsa dan negara," kata Prabowo di DPP Gerindra, Jakarta, Kamis 6 Februari 2020.

Ia ingin Gerindra bukan berada di pinggir atau hanya menjadi penonton, pengamat atau pun pengkritik saja. Tapi mereka terjun ke kancah politik untuk melakukan perubahan pada bangsa dan negara.

Ganjar Tak Datang saat Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Capres-Cawapres Terpilih

"Waktu kita mendirikan partai dari segelintir orang, saudara Fadli Zon, Hashim Djojohadikusumo, Pak Muzani, hampir terlambat ke Kumham, cari gambar, cari nama. Ada kawan-kawan kita yang tertawakan kita," kata Prabowo.

Ia menceritakan ada kawannya yang berjuang dari 'kecil' dan ikut ia 'besarkan' dengan memberi banyak proyek bantuan. Orang-orang tersebut diajaknya mendirikan partai.

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI Terpilih 2024-2029

"Orang-orang ini saya ajak ikut mendirikan partai, reaksi mereka ketawa. Mereka tanya apa? Partai apa itu? Gerindri, Gerindru? Ini demi Allah. Tapi kita tak ragu-ragu, kita tak berkecil hati, kita diejek, dihina, tapi kita terus berjuang untuk rakyat Indonesia," kata Prabowo.

Ia juga mengingat-ingat saat mengejar pendaftaran partai. Jawa Tengah sedang banjir dan harus mendaftar ke kecamatan dengan rakit. Di NTT ada kader yang meninggal saat mendaftar.

"Mendirikan partai ini ada yang berkorban dengan nyawa mereka. Jadi dalam ultah yang ke-13 kita mengenang masa-masa yang sulit, masa-masa kita diejek, tidak diperhitungkan," kata Prabowo.

Ia menambahkan saat itu yang menjadi penggerak hanya cita-cita dan cinta pada tanah air. Lalu juga ketidakrelaan melihat negara di jalan yang tak benar, tak tepat dan tak sesuai cita-cita pendiri bangsa.

"Tak sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945," kata Prabowo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya