Soal Corona, Politikus PAN Sindir Doa Qunut Maruf Amin

Wakil Presiden KH Maruf Amin
Sumber :
  • VIVAnews/Reza Fajri

VIVAnews - Anggota Komisi IX Fraksi PAN DPR, Saleh Partaonan Daulay, menyayangkan sikap pemerintah yang masih lemah dalam pengawasan dan pendeteksian dini terhadap virus corona atau Covid-19. Dari laporan yang ia terima, masih banyak warga Indonesia dari luar negeri dan warga negara asing yang masuk ke Indonesia tidak maksimal dalam pengawasan.

Momen Jokowi-Ma'ruf Amin Salat Id di Istiqlal

"Ada cerita di bandara diperiksa tapi pakai alat manual. Bahkan ada temannya teman saya demam tapi tak terdeteksi dan bebas saja. Ini kan masih lemah dan belum maksimal," ujar Daulay dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) tvOne, Selasa, 3 Maret 2020.

Selain menyinggung masalah pencegahan, Daulay juga menyinggung edukasi komunikasi dan sosialisasi dari pemerintah yang kurang. Bahkan, komunikasi dari pihak Istana terhadap kasus virus corona kurang baik.

Besok Lebaran, Wapres Ma'ruf Ucapkan Selamat Rayakan Hari Kemenangan

Ia pun menyindir pernyataan Wakil Presiden Maruf Amin pada saat pembukaan kongres umat Islam di Bangka Belitung. Pada saat itu, Maruf menyampaikan bahwa Indonesia masih bebas dari corona lantaran doa qunut dan istigosah semua masyarakat.

"Bahkan menterinya juga sama mengatakan itu bahwa ini doa banyak membantu kita," ujarnya.

Harapan Wapres Maruf Amin Terhadap KSAU Baru Marsdya Tonny Harjono

Dengan pernyataan tersebut, menurutnya dapat menjadi masalah jika masyarakat mempercayai dengan pernyataan Maruf Amin. Sebab, pada saat ini, Indonesia telah menyatakan bahwa ada dua warga positif terkena virus corona.

"Pertanyaannya apakah doa kemarin tidak makbul lagi dan apakah doa-doa yang dipanjatkan tak efektif utk mengantisipasi virus ini. Ini komunikasi kurang baik bahkan dilakukan seorang wapres," ujarnya.

Komunikasi yang buruk juga terjadi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda). Lantaran banyaknya sumber informasi mengenai virus corona, ia tak heran banyak berita hoaks yang beredar di media sosial.

"Komunikasi tak sinkron karena tak satu pintu dalam pemberian informasi. Akhirnya masyarakat dapat berita parsial dari sumber mana saja," katanya.

Dengan tak sinkronnya sumber informasi, maka tak heran terjadi kepanikan di masyarakat dengan membeli masker dalam jumlah yang banyak.

"Saya cek ke apotek memang sudah tak ada. Artinya komunikasi perlu diperbaiki," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya