Gatot Nurmantyo Disebut Ingin Bangun Jarak dengan Istana

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo
Sumber :
  • Youtube Karni Ilyas Club

VIVA – Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo memilih tidak menghadiri penganugerahan Bintang Mahaputra pada 11 November 2020 lalu di Istana Negara. Banyak yang menilai, itu adalah langkah mantan Panglima TNI tersebut untuk membangun jarak dengan penguasa.

Soroti Pengeroyokan Relawan Ganjar di Boyolali, Gatot Nurmantyo: Saya Tak Yakin Dipukul Batu

Walau Gatot tidak hadir dengan memberi alasan melalui surat yang dikirim ke Menkopolhukam Mahfud MD. Sejauh ini, Gatot sudah memberi kesan sebagai oposisi, terutama setelah ikut memprakarsai dibentuknya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang kerap mengkritik keras pemerintahan Presiden Jokowi.

"Itu merupakan sikap politik Gatot yang menginginkan posisinya tetap berjarak dengan pemerintah, posisi yang kritis terhadap pemerintah," ujar pengamat politik dari Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo, Kamis 12 November 2020.

Jelang Pensiun, Yudo Margono Pamit di Depan Para Mantan Panglima TNI dan Prajurit Tiga Matra

Baca juga: 300 Santri di Depok Jalani Tes Swab COVID-19

Memang diakuinya, Gatot yang tidak hadir saat itu bisa memberi kesan negatif terhadap pribadinya. Lantaran mencampurkan urusna politik dengan urusan negara. Lantaran bintang jasa itu diberikan oleh negara. Menurutnya jika ada perspektif negatif terhadap Gatot, itu wajar saja. Karena dia melihat, Gatot sudah mengambil sikap diametral dengan pemerintah.

PKS Buka Pintu Lebar Jika Gatot Nurmantyo Gabung Tim Pemenangan Anies-Cak Imin

Tapi menurut dia, Gatot datang saja sebenarnya tidak akan menghalangi sikap dia untuk kritis. Ia mencontohkan bagaimana Fadli Zon dan Fahri Hamzah, yang walaupun hadir menerima bintang jasa itu tetapi tetap kritis terhadap pemerintah.

"Pak Gatot menurut saya harus belajar dari Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Mereka menerima tanda kehormatan dengan hadir sebagai bentuk penghormatan, setelah menerima keduanya tetap kritis,” jelas dia.

Sementara pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syafuan Rozi Soebhan mengatakan, sebenarnya tidak ada yang menjadi persoalan dengan hadir atau tidak hadirnya Gatot. Karena ketidak hadiran seseorang itu tidak ada yang melarang, boleh saja.

Tapi kemungkinan untuk menjaga nama dari para pendukung, menurutnya bisa saja terjadi. Menurutnya bisa saja ada dilema, jika datang maka pendukung akan kecewa. Sehingga mengambil keputusan lebih baik tidak perlu datang dengan berbagai alasan.

“Ini bagian political game, dengan menerima Bintang Mahaputera sekarang, nanti bagaimana [Pemilu] 2024 di mata pendukungnya Gatot," katanya. 

Bagi pemerintah, menurutnya bisa saja mengatakan ini netral tidak ada sangkut pautnya dengan politik. Tapi bisa saja berbeda dalam pandangan Gatot. Sehingga mengambil jarak dengan pemerintah saat ini.

Sebelumnya Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan Gatot tidak hadir. Tetapi sudah mengirimkan surat, kenapa dia memilih tidak ikut menerima bintang jasa dari Negara itu.

“Dalam suratnya Pak Gatot Nurmantyo itu menyatakan menerima pemberian bintang jasa ini, tetapi beliau tidak bisa hadir karena beberapa alasan," kata Mahfud.

Kemudian, Mahfud mengungkap alasan Gatot tidak bisa hadir karena masih dalam suasana pandemi COVID-19. "Beliau tidak bisa hadir karena beberapa alasan. Pertama karena ini suasana COVID-19," kata dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya