Belajar dari Lonjakan Kasus di Singapura, DPR Saran Ini ke Pemerintah

Petugas medis perlihatkan dosis vaksin COVID-19 Moderna (Foto ilustrasi).
Sumber :
  • Fajar Sodiq/VIVA.

VIVA –  Tren kasus positif COVID-19 di Tanah Air mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir. Pemerintah diminta tidak lengah atau terlena sehingga bisa belajar dari Singapura yang pernah alami lonjakan kasus COVID-19 saat sudah merasa landai.

Deretan Negara yang Ternyata Penduduknya Paling Cepat Meninggal di Dunia

Demikian saran yang disampaikan Anggota DPR RI Mulyanto. Ia menekankan agar pemerintah jangan sampai terlena seperti yang terjadi di Singapura. Padahal, kata dia, Singapura adalah negara dengan kemampuan 3T (testing, tracing, treatment) dan vaksinasi jauh di atas Indonesia. 

"Kalau kita tidak waspada, dikhawatirkan muncul gelombang ketiga COVID-19 menerpa negara kita," kata Mulyanto, Kamis 23 September 2021
 
Dia pun mengutip data situs ourworldindata.org per 22 September 2021. Dari situs itu disebutkan 100 persen COVID-19 di Singapura dan Indonesia adalah varian Delta. Jumlah kasus positif harian di Singapura sebesar 800-an kasus baru. Sementara, Indonesia masih di angka 3.200 an kasus baru per hari.  

Prabowo Dapat Ucapan Selamat dari Menlu Singapura Atas Kemenangan di Pilpres 2024

Namun, bila dibandingkan secara populasi, maka kasus positif harian per satu juta penduduk Singapura sebesar 148. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia yang hanya sebesar 12 orang per satu juta penduduk.

"Kalau ditelusuri, parameter yang lemah di Singapura adalah laju reproduksi yang sebesar 1.81. Sementara Indonesia hanya sepertiganya yakni sebesar 0.6," ujar Mulyanto.

Menko Airlangga Bertemu Menlu Singapura, Optimis Kerja Sama Bilateral Kedua Negara Terjalin Kuat

Dia menjelaskan laju reproduksi ini merepresentasikan jumlah rata-rata kasus terinfeksi baru yang disebabkan oleh satu kasus infeksi individual. Bila laju reproduksi lebih besar dari 1, maka infeksi dapat menyebar dalam populasi. 

Tapi, bila angka laju reproduksi ini lebih kecil dari 1, maka jumlah kasus yang terjadi dalam populasi yang bersangkutan secara gradual akan menurun menuju nol.  

Mulyanto menilai dengan angka laju reproduksi mendekati dua maka diperkirakan penyebaran dan peningkatan kasus baru di Singapura masih akan terjadi. 

Selain itu, penyebab lonjakan kasus baru di Singapura diperkirakan karena longgarnya pembatasan sosial, pembukaan penutupan sekolah, kantor, wisata, dan lain-lain. Indeks komposit pembatasan sosial ini di Indonesia nilainya adalah sebesar 69 persen. Sementara, Singapura sangat longgar, hanya sebesar 53 persen.  

Maka itu, ia mengingatkan masyarakat agar tetap disiplin protokol kesehatan atau prokes dengan harus memakai masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan.

"Menilik kasus Singapura ini semestinya pemerintah tidak mengendorkan program pembatasan mobilitas masyarakat. Apalagi tingkat vaksinasi kita baru mencapai 28 persen," kata Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR itu.

Lebih lanjut, ia mengingatkan pemerintah jangan terbuai dengan capaian sementara penurunan kasus baru. Pemerintah perlu terus meningkatkan sebaran vaksinasi dan penelusuran sebaran kasus baru.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya