Gatot: Saya Hanya Ingatkan Jangan Sampai Peristiwa Kelam Terjadi Lagi

VIVA Militer: Jenderal TNI Gatot Nurmantyo saat diambil sumpah
Sumber :
  • DNA India

VIVA – Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menyampaikan pihaknya tidak pernah menghilangkan diorama G30S PKI di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad. Pembongkaran diorama itu disebut Kostrad murni atas permintaan mantan Pangkostrad Letjen (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

Sejarah Bakal Pecah, Besok Raja Aibon Kogila Serahkan Tongkat Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI

Klarifikasi Kostrad sebagai respons atas pernyataan eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo. Sebelumnya, Gatot bilang diorama G30S PKI di Museum Kostrad hilang dengan mengaitkan dugaan TNI disusupi paham komunis. 

Gatot menanggapi penjelasan Kostrad dengan mengingatkan peran museum untuk menumbuhkan jiwa patriotisme. Ia menyebut diorama itu pertama kali dibuat pada 4 Maret 1997. Pun, ia menyinggung Peraturan Pemerintah (PP) 66 Tahun 2015 tentang museum bahwa diorama di dalam suatu museum semuanya adalah milik negara.

Melesat Naik Pangkat Jenderal Bintang Dua TNI, Mayjen Bangun Nawoko Kini Jabat Pangdivif 3 Kostrad

"Sehingga saya mengingatkan bahwa setiap pejabat termasuk atas nama institusi, kesatuan. Semua yang ada di dalamnya itu milik negara. Sehingga tidak boleh sembarangan orang mengambil," kata Gatot dalam Kabar Petang tvOne yang dikutip VIVA, Selasa, 28 September 2021.

Dia mengatakan mestinya bilang bermaksud untuk melestarikan maka sebaiknya mengembalikan patung dengan membuat replikanya. Hal ini menurutnya penting agar jejak sejarah itu tidak hilang. "Ini yang paling penting," jelas mantan Kepala Staf TNI AD itu.

Aksi Jenderal TNI Maruli dan Pasukan Tengkorak Kostrad 88 Hari Ubah 24 Rumah Berhantu Jadi Indah

Baca Juga: Gatot Sebut Diorama G30S PKI Hilang, Anak Jenderal A Yani Merespons

Gatot menanggapi anggapan bahwa dirinya meributkan diorama patung di museum yang hilang dengan mengaitkan institusi TNI. Pun, pernyataannya disampaikan jelang peringatan peristiwa G30S PKI.

"Saya ini hanya mengingatkan jangan sampai peristiwa yang kelam terjadi lagi. Sangat menyakitkan dan rakyat yang akan jadi korban. Itu saja jangan sampai bagian sejarah dihilangkan," tutur Gatot.

VIVA Militer: Patung Soeharto, Sarwo Edhie, AH. Nasution di Museum Kostrad

Photo :
  • youtube

Gatot merespons Kostrad soal pembongkaran diorama itu diinisiasi Letjen (Purn) Azmyn Yusri Nasution. Ia hanya heran diorama yang berlokasi di museum Markas Kostrad bisa hilang. Meski ia menyinggung bahasanya versi Kostrad bahwa itu bukan hilang tapi diminta Letjen (Purn) Azmyn Yusri.

"Apakah ini sudah dengan laporan ke KSAD, kepada pimpinan? Kan ini aturannya kan seperti itu. Tidak bisa sudah di museum terus diminta. Silakan baca saja PP Nomor 66 tahun 2015," lanjut mantan Pangkostrad tersebut.

"Kalau ingin diminta, diberikan, dibuatlah dulu replikanya. Setelah jadi, baru dikembalikan patungnya. Replikanya tetap ada di situ," tambah Gatot.

Menurutnya, dengan adanya replika dari diorama maka tidak mengubah dan mendukung sejarah masa lalu terkait peran besar TNI saat peristiwa G30S PKI.

"Jadi, isi dari semua itu tidak berubah. Karena itu adalah sejarah. Peran TNI dalam menyelamatkan bangsa di situ ditentukan pada tahun 1965," sebut Gatot.

Gatot sebelumnya membuat pernyataan heboh karena menyampaikan indikasi penyusupan PKI ke institusi TNI. Hal ini lantaran dugaan hilangnya diorama tokoh yang berperan dalam menumpas G30S PKI. Diorama hilang yang dimaksud yakni yang berada di museum Dharma Bhakti Kostrad.

Gatot dalam penjelasannya menyertakan video pendek yang menggambarkan hilangnya diorama tersebut. Dalam video itu, di museum tersebut sebelumnya masih ada diorama Pangkostrad yang saat itu dijabat Mayjen Soeharto.

Dalam diorama itu memperlihatkan Presiden RI ke-2 itu sedang memberikan arahan kepada Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo di kantornya untuk memberantas G30S PKI. Ada juga Jenderal AH Nasution dalam diorama tersebut. 

"Ini menunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus mengakui dalam menghadapi pemberontakan G30S PKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus -- dulu RPKAD, peran Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, peran KKO, jelas akan dihapuskan, dan fakta itu sekarang sudah tidak ada, sudah bersih," kata Gatot.

"Ini berarti sudah ada penyusupan di dalam tubuh TNI," ujar Gatot menambahkan.

Menyangkut tuduhan TNI disusupi komunis, Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman sudah membantahnya. Bagi Dudung itu tuduhan yang keji. Ia berharap Gatot seharusnya bisa klarifikasi atau tabayun ke TNI soal isu diorama.

Kostrad melalui Kepala Penerangan Kostrad, Kolonel Inf Haryantana, menjelaskan pembongkaran diorama tersebut bukan diinisiasi pihaknya. Ia menyampaikan pembongkaran itu permintaan dari Pangkostrad ke-34, Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.

"Tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad," kata Haryantana, dalam keterangannya, Senin, 27 September 2021.

Dia pun menjelaskan, pada 30 Agustus 2021 lalu, Letjen Azmyn Yusri Nasution datang bersilaturahmi bertemu dengan Pangkostrad Letjen Dudung. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir sejumlah pejabat Kostrad, diantaranya Kaskostrad dan Irkostrad. 

Dalam pertemuan itu, Azmyn Yusri Nasution meminta ijin untuk membongkar patung-patung yang dulu dia bangun saat masih menjabat sebagai Pangkostrad pada periode 9 Agustus 2011 sampai 13 Maret 2012.

"Jadi, Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung sejarah (penumpasan G30S/PKI) Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad. Tapi, pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya