Fahri & Budiman Sudjatmiko Perang Kicau di Twitter soal Terorisme

Fahri Hamzah, Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora
Sumber :
  • Media Center DPN Gelora Indonesia

VIVA – Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah terlibat friksi berujung perang kicau di Twitter dengan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko. Doa politikus itu debat soal terorisme dan orang kafir.

7 Negara dengan Populasi Pedesaan Terbesar di Dunia, Indonesia Nomor 4

Perdebatan diawali Budiman yang menge-tweet soal bom di Masjid jemaah Syiah saat salat Jumat di Kota Kunduz, Afghanistan. Pelaku mengklaim dari kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Khorasan atau dikenal ISIS-K.

Budiman menyebut yang meledakkan masjid dan menewaskan jemaahnya bukan orang-orang kafir.

Hampir Separuh Kota-kota Besar di Tiongkok Terancam Tenggelam, Ini Penyebabnya

"Sudah 3 kali kejadian serupa dalam seminggu. Kebayang kalau Densus 98 di Indonesia dibubarkan, pesta pora aksi2 teroris seperti ini," tulis Budiman dikutip pada Minggu, 10 Oktober 2021.

Fahri merespons dengan menilai cuitan Budiman yang tidak jelas. Ia bilang jangan samakan Afghanistan sebagai negara gagal dengan Indonesia. Eks politikus PKS itu heran Budiman menggunakan kata kafir.

10 Negara yang Mengekspor Tembakau Terbanyak di Dunia, Indonesia Segini

Politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko.

Photo :
  • VIVA/Rifki

Dia menyebut mungkin Budiman paling pintar di antara pendukung pemerintah lainnya. Namun, ia berharap agar Budiman bisa menambah kosa katanya.

"Mas @budimandjatmiko yth, ente mungkin paling pintar di antara pendukung pemerintah..ya tetep pintar dong… kasi pencerahan ke dalam. Masak kosa kata nggak nambah2 sih… piss," kata Fahri.

Budiman menanggapi Fahri bahwa kosa katanya akan ditambah jika ada fenomena baru. Tapi, bila hanya berkutat terkait isu fenomena yang sama seperti ancaman teroris maka ia tak akan menambah kosa kata itu.

"Kosa kata hanya saya tambah jika ada fenomena2 baru. Kalau kita masih berkutat pd fenomena (baca: ancaman) yg sama, ya terpaksa kosa kata gak kutambah. Bikin bingung malah," ujar Budiman.

Fahri lagi-lagi meladeni Budiman dengan menyinggung bila negara gagal memberantas korupsi dan narkoba.

"Kalau negara gagal memberantas korupsi dan narkoba, agama apa yang anda salahkan?" tanya Fahri.

Pun, Fahri bertanya ke Budiman bila Afghanistan gagal menjadi negara modern seperti Indonesia, siapa yang salah.

"Kalau mereka gagal jadi negara moderen seperti kita. Yang salah amerika, taliban, ISIS, atau Islam?" lanjut Fahri. 

Budiman kemudian mengatakan bahwa terorisme bukan hanya terjadi di negara gagal. Ia bilang Afghanistan hanya contoh.

"Terorisme tak cuma terjadi di negara gagal. Itu juga fakta. Afghanistan hanya contoh ekstrem," sebut Budiman.

Bagi dia, ISIS relatif pemain baru di Afghanistan. Berbeda dengan Amerika dan Taliban yang disebutnya pemain lama. 

"ISIS relatif pemain baru di Afghanistan. Amerika & Taliban pemain lama..Islam? Ada banyak negara mayoritas Musim yg tak gagal. Dan aku mau Indonesia bagian dr yg tak gagal itu," tutur Budiman.

Kemudian, Fahri menimpali dengan cuitan yang menyinggung gagal menghilangkan bau tuduhan terhadap Islam dalam isu terorisme.

"Kegagalanya adalah karena gagal menghilangkan bau tuduhan kepada Islam..dan lebih buruk lagi karena negara terseret menuduh Islam…ini yg ingin kita perbaiki supaya peradaban politik negara kita lebih maju.. ini yg sekarang sudah diperbaiki di negara2 asal kampanye sesat ini," jelas Fahri.

Budiman membalas bahwa saat ini Islam yang menanggung beban itu. Ia mencontohkan seperti beban terisme di Srilanka atau di Irlandia Utara.

"Ya Islam menanggung beban itu. Spt Hindu menanggung beban terorisme di Srilanka atau Katholik & Protestan di Irlandia Utara. Krn itu harus lebih banyak tokoh Islam mengecam terorisme sambil mengajak umat menjemput masa depan yg gak ada preseden masa lalunya," tulis Budiman.

Fahri pun membalas Budiman bahwa Indonesia memiliki Pancasila. Ia menegaskan terorisme adalah bagian dari kejahatan. Ia bilang negara mesti tanggungjawab dan instrospeksi.

"Kita ber-pancasila agar tdk menanggung beban identitas kita. Terorisme adalah kejahatan titik! Korupsi adalah kejahatan titik! Itu saja..jangan gagal negara yg salah identitas.. yg harus introspeksi siapa? Ya negara lah.. petugas negara siapa? Ya pemerintahlah. Masak pesantren?" kata Fahri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya