AHY: Hargai Pemimpin Terdahulu, Bangun Bangsa Tidak Bisa Sendirian

Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)
Sumber :
  • Dok. Demokrat

VIVA – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan tidak bisa membangun bangsa sendirian. AHY mengingatkan pentingnya menghargai jasa dan kerja keras pemimpin bangsa sebelumnya.

Gibran Singgung Hasto yang Halangi Pertemuan Megawati-Jokowi

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute itu saat webinar yang diadakan Dewan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Dia menekankan yang terpenting dalam mengatasi persoalan bangsa mesti mengedepankan sinergi, kolaborasi, dan aksi nyata untuk melakukan perubahan.

"Hargai kerja keras pemimpin terdahulu. Tidak ada yang terlalu hebat untuk bisa membangun bangsa sendirian," kata AHY, dalam keterangannya, Senin, 1 November 2021. 

Sekjen PDIP Ungkap Bupati Banyuwangi Diintimidasi yang "Diawali dengan Cerita Politik"

Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)

Photo :
  • Twitter

Dia menekankan, bahwa setiap masa itu memiliki tantangan dan pemimpin. Menurutnya, apa yang didapatkan hari ini adalah hasil kerja keras pemimpin dan generasi terdahulu. "Setiap pemimpin ada masa dan tantangannya," jelas AHY. 

Ajukan Diri jadi Amicus Curiae, Megawati Soekarnoputri: Semoga Ketuk Palu MK Bukan Palu Godam

Pun, ia menyampaikan dalam merawat demokrasi dan Pancasila bagian dari kerja lintas generasi. Dia bilang, sebagai bagian generasi muda, AHY menjelaskan muda adalah kekuatan, tapi bukan hanya bermakna usia biologis.

"Muda juga keberanian untuk keluar dari zona nyaman, mendobrak status quo dan berani mengambil keputusan besar," tutur AHY.

Dia menambahkan, kalangan muda adalah bagian perubahan, Maka itu, menjadi proses transformasi besar atau hijrah untuk bisa jadi lebih baik. "Jiwa muda ini menggerakkan kita pada tujuan besar bersama: Indonesia Emas 2045," ujar AHY.

Kemudian, ia menekankan terkait politik, ada tiga fenomena yang patut dicermati saat ini. Tiga fenomena itu adalah politik uang, politik identitas, dan post truth politics. 

"We can't afford the price of disintegration. Perpecahan bangsa terlalu mahal harganya bagi kita," ujar putra sulung Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

Lebih lanjut, AHY mengatakan selama ini dirinya berkeliling nusantara, berdialog dengan berbagai elemen masyarakat. Pesan mereka adalah pentingnya menjaga persatuan dengan ideologi Pancasila di tengah kemajemukan bangsa Indonesia.

“Saya bertemu para tokoh masyarakat, para pemuka agama, dari para ulama di Aceh hingga Uskup Agung di Kupang. Mereka menitipkan pesan yang sama, mari kita bersama-sama merawat dan menjaga Pancasila," kata AHY. 

Dia mengajak mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah agar disiplin dan bisa menumbuhkan jiwa kepemimpinan.

"Tumbuhkanlah jiwa kepemimpinan dengan integritas. Karakter yang unggul termasuk patriotisme, disiplin dan semangat pantang menyerah," tutur AHY.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya