Jelang Muktamar ke-34, Ini Imbauan Keluarga Keturunan Pendiri NU

Dzurriyah Muassis NU mengadakan pertemuan di Ponpes Tebuireng, Jombang.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Penyelenggaraan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 di Lampung masih belum ada kepastian meski mencuat usulan dilaksanakan pada 17 Desember 2021. Menyikapi dinamika muktamar, Dzurriyah Muassis atau keluarga keturunan pendiri NU mengadakan pertemuan khusus di rumah pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Gus Yahya soal Jatah Menteri Prabowo-Gibran: Jangan-jangan Kabinetnya Orang NU Semua

Tujuan pertemuan tersebut untuk meredakan ketegangan di internal NU terutama di kalangan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). 

Salah seorang Dzurriyah Muassis dari KH Hasyim Asy'ari, KH Fahmi Amrullah Hadziq menyampaikan pertemuan itu diinisiasi masing-masing perwakilan keturunan pendiri NU. Pertemuan diperlukan lantaran dinamika saat ini dikhawatirkan menjurus ke perpecahan bila tidak segera diredakan.

PBNU Beri Ucapan Selamat ke Prabowo-Gibran sebagai Pemenang Pilpres 2024

"Masing-masing datang atas inisiatif sendiri-sendiri, tidak ada yang mengatur, tidak ada yang membiayai karena didasari oleh keprihatinan atas kondisi PBNU akhir-akhir ini," kata Gus Fahmi, sapaan akrab KH Fahmi Amrullah, dalam keterangannya, Kamis, 2 Desember 2021.

Dia menjelaskan dinamika jelang Muktamar ke-34 bergerak sangat dinamis. Tensi sempat menghangat lantaran munculnya nama-nama calon Rais Am dan Ketua Tanfidziyah yang mengatasnamakan PWNU. Lalu, polemik mencuat juga karena ada surat perintah usulan pelaksanaan Muktamar NU ke-34 dipercepat.

Sekjen NU Sebut Surya Paloh Negarawan karena Terima Hasil Pilpres, Layak Ditiru PKB

Nahdlatul Ulama. (Foto ilustrasi).

Photo :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Terkait itu, Dzurriyah Muassis NU yang hadir di Jombang mengeluarkan imbauan. Pertama, mengingatkan niat para muassis mendirikan jam'iyyah NU adalah untuk membangun ukhuwah. 

"Maka kita berharap kepada para pengurus, hendaknya menjaga ukhuwah ini," jelas Gus Fahmi.

Menurut dia, penting jelang Muktamar NU jangan sampai ada perbedaan yang menjadi perpecahan. "Ini harus kita pegang, para pengurus terutama hendaknya memegang dawuh (amanat) ini," lanjutnya.

Lebih lanjut, imbauan kedua agar semua pihak mengedepankan akhlaqul karimah dengan menjaga tradisi tabayyun. Untuk meredam tensi diingatkan agar jangan mengeluarkan keputusan versi masing-masing. 

"Karena bagaimanapun juga pengurus itu bukan personal tetapi kolektif kolegial. Jadi hendaknya keputusan itu diambil secara bersama-sama musyawarah untuk mufakat," ujar Gus Fahmi.

Pun, ia menambahkan, Dzurriyah Muassis NU berharap  semua pihak terutama kiai-kiai sepuh untuk menahan diri. Tak perlu melakukan aksi dukung mendukung terhadap salah satu pihak. 

"Memberikan dukungan kepada salah satu pihak akan berpotensi menyebabkan perpecahan. Jadi, sebaiknya masing-masing bisa menahan diri," tuturnya.

Dia bilang bila memang ingin mendukung maka sebaiknya tidak perlu dipublikasikan. Selain itu, tidak perlu diumumkan karena berpotensi memecah belah. 

Gus Fahmi menekankan semua pihak mesti menjaga suasana agar tetap sejuk, dan damai.

Dalam pertemuan di Jombang, selain KH Fahmi Amrullah hadir pula para dzurriyah. Misalnya KH Sholahudin atau Gus Udin yang merupakan Dzurriyah KH. Ridwan Abdullah. Lalu, ada KH Wahab Yahya atau Gus Wahab yang juga Dzurriyah KH. Wahab Chasbullah.

Kemudian, KH. Hasyim Nasir atau Lora Hasyim yakni Dzurriyah Syaikhona Kholil. Selanjutnya, KH Abdul Hakim Mahfudz atau Gus Kikin yang merupakan pengasuh Ponpes Tebu Ireng. Hadir juga Gus Mahasin yang juga kakak kandung Gus Baha.

Sementara itu, KH Abdul Wahab Yahya selaku dzuriyyah Mbah Chasbulloh Tambakberas Jombang turut menyampaikan keprihatinannya. Ia berharap muktamar ini tak memunculkan polarisasi sebagai efek dukung mendukung.

"Akibat polarisasi dukung mendukung yang jauh dari ahlaqul karimah dan  jauh dari amanat pendiri Nahdlatul Ulama," tutur Gus Wahab.

Berikut tiga poin imbauan Dzurriyah Muassis NU kepada Nahdliyin:

1. Hendaknya semua pihak mengingat, bahwa niat para muassis mendirikan jam'iyyah NU adalah untuk membangun ukhuwwah (persaudaraan). Karena itu kita wajib menjaga persatuan dan menghindari perpecahan.

2. Hendaknya semua pihak mengedepankan akhlaqul karimah dengan menjaga tradisi tabayyun menyangkut keputusan-keputusan penting. Semua keputusan PBNU bersifat kolektif kolegial (keputusan bersama), dan tidak mengambil keputusan sendiri-sendiri, baik jajaran syuriah maupun tanfidiziyah.

3. Mengharap kepada semua pihak, terutama kiai-kiai sepuh untuk menahan diri. Tidak melakukan aksi dukung mendukung yang menimbulkan potensi perpecahan. Tradisi dukung-mendukung calon bukanlah tradisi ulama-ulama NU, karena jam'iyyah NU bukanlah parpol, sehingga ulama NU jaman dulu menjaga tradisi saling menolak jabatan.


 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya