Belasan PMI Ilegal Korban Kapal Karam di Johor, DPR Geram

Ilustrasi kantong jenazah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M N Kanwa

VIVA – Musibah kapal tenggelam yang mengangkut puluhan warga negara Indonesia (WNI) tenggelam  Perairan Johor Bahru, Malaysia. Data sementara, tenggelamnya kapal itu sudah menewaskan 19 WNI.
 
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Golkar, Christina Aryani geram dengan musibah tersebut. Menurut dia, kejadian ini sering berulang tapi seperti dibiarkan.

Prabowo Ingin Bentuk 'Executive Heavy" dengan Rangkul Semua Parpol, Kata Peneliti BRIN

“Sangat prihatin, karena ini kejadian yang terus berulang. Tahun ini saja sudah ada beberapa kejadian, belum tahun-tahun sebelumnya, kapal karam dan tenggelam saat hendak masuk Malaysia," kata Christina dalam keterangannya, Jumat, 17 Desember 2021.

Dia menyoroti musibah itu seolah-olah aksi penyelundupan pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal ini seperti dibiarkan. 

Pengunjung Coba Kelabui Petugas Lapas Yogyakarta Simpan Pil Koplo di Betis, Malah Ketahuan

"Ini ada apa sebenarnya? Jangan sampai ada upaya pembiaran sehingga aksi penyelundupan orang terus menerus terjadi,” ujarnya.

Maka itu, ia mendorong agar peristiwa ini menjadi momentum pembenahan yang serius dan menyeluruh. Bagi dia, ada persoalan serius dan perlu evaluasi.

Mendagri Tito Karnavian: RUU DKJ Wujud Upayakan Jakarta Jadi Kota Kelas Dunia

"Ini soal nyawa manusia. Tidakkah kita melihat ada sesuatu yang serius dalam masalah ini? Saya dorong agar ini benar-benar jadi momentum evaluasi," jelas dia.

Kapal SAR lakukan pencarian kapal TKI yang tenggelam di Riau.

Photo :
  • Bambang Irawan/VIVAnews.

Menurut dia, pemerintah dalam hal ini Kementerian Koordinator Polhukam, BIN, TNI, Polri, Kementerian Hukum dan HAM serta Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) harus duduk bersama dengan berbagai stakeholder untuk memikirkan upaya pembenahan serius agar kejadian seperti ini tak terjadi lagi.

"Penyelundupan ilegal ini kriminal, tindak kejahatan yang harus kita perangi bersama-sama. Patut diduga mereka yang berangkat ilegal ini termakan bujuk rayu para mafia. Jangan sampai besok-besok kita kembali melihat lagi kejadian yang sama," tuturnya.

Pun, Christina berharap agar kasus kapal di Johor menjadi yang terakhir melalui upaya pembenahan serius. "Sekali lagi, ini urusan nyawa manusia yang akhirnya meninggal sia-sia," tuturnya.

Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru melalui Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya Andita Putri Purnama menyampaikan tim SAR masih melakukan pencarian korban. Kata dia, data sementara korban meninggal mencapai 19 orang dan korban selamat 14 orang.

Sementara, dikutip dari Channel News Asia, kapal nahas tersebut diprediksi membawa 50 WNI yang diduga imigran gelap. Wakil Direktur Operasi Maritim Johor Kapten (Maritim) Simon Templer Lo Tusa menyebut dalam temuan pertama ada enam jasad WNI yang seluruhnya laki-laki.
Sementara, dua lainnya perempuan.

Dia mengatakan, kapal itu karam di pantai Tanjung Balau, sekitar 2 kilometer dari lokasi kejadian. Ia menekankan, 50 WNI di kapal itu dianggap imigran karena coba masuk ke Malaysia di jalur yang tidak resmi.

"Kami menilai mereka sebagai imigran ilegal karena berbagai faktor. Hal itu termasuk fakta kapal yang tidak terdaftar dan tidak ada dokumen hukum. Jadi, mereka sebagai imigran ilegal kecuali penyelidikan lebih lanjut menunjukkan sebaliknya," tutur Simon.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya