Isi Ceramah di Markas PDI, Ini 7 Fakta Menarik Cak Nun

Budayawan Emha Ainun Najib atau Cak Nun di acara Ngaji Bareng PDIP
Sumber :
  • Bamusi TV

VIVA – Budayawan Muhammad Ainun Nadjib atau lebih akrab disapa Cak Nun datang memenuhi undangan PDIP di Masjid At-Taufiq Lenteng Agung, Jakarta Selatan Minggu malam, 10 April 2022. Berikut telah kami rangkum fakta menarik Cak Nun yang isi ceramah di Markas PDI kemarin malam.

PDIP Gugat KPU ke PTUN, Pentolan Projo: Silakan Challenge Aja Semua

1. Memiliki banyak sebutan

Cak Nun dikenal sebagai salah satu tokoh yang banyak mendapat predikat dari masyarakat. Mulai dari sebutan budayawan, sastrawan, intelektual, agamawan, dan lain-lainnya. Meski begitu, Cak Nun sendiri mengatakan dia tidak layak menyandang semua sebutan itu dan lebih memilih untuk menjadi apa adanya yang sekarang ia jalani.

Airlangga Respons Gugatan PDIP di PTUN: Keputusan MK Sudah Final

2. Mantan wartawan

Diketahui jika dulu Cak Nun memiliki profesi sebagai wartawan. Namun setelah berbagai gejolak yang dirasakan, dia memutuskan untuk berhenti menjadi wartawan. Dia juga akrab dengan berbagai tokoh nasional yang hidup di era Soeharto dan Gus Dur. Namun, sekarang ini ia memutuskan untuk menjauh dari dunia politik dan tidak menyentuh istana sama sekali. Semua pasti ada alasannya, ada pertimbangan, dan ada sebabnya.

5 Fakta Menarik Arsenal Usai Pesta Gol ke Gawang Chelsea di Premier League

3. Menggelandang di Malioboro

Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun saat mengobrol bareng wartawan di Semarang, Jawa Tengah, Rabu, 3 April 2019.

Photo :
  • VIVA/Dwi Royanto

Diketahui jika Cak Nun sempat menggelandang di Malioboro. Pria kelahiran Jombang, 27 Mei 1953, itu menghabiskan masa kecilnya di banyak tempat. Cak Nun dikenal sebagai sosok yang kritis.

Cak Nun sempat mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Gontor, tak lantas membuatnya berhenti belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta meski tidak selesai dan memilih drop out.

Kehidupannya di Jogjakarta penuh lika-liku. Dia memperoleh banyak pelajaran hidup, terlebih dari sosok gurunya yang bernama Umbu Landu Paranggi. Berbagai tulisan Cak Nun dimuat di media massa. Puisi-puisi menawan juga diproduksi untuk membasahi jiwa-jiwa rakyat yang sedang kesepian akibat dilupakan oleh pemerintahnya sendiri.

Dari berbagai geliat yang dirasakan Cak Nun, prestasi-prestasi yang dipublikasikan hingga berbagai silang-sengkarut situasi pemerintah pada masa itu, dia kemudian hidup secara bebas dan menggelandang di sepanjang Jalan Malioboro, Jogjakarta. Tapi, momen itu yang justru membuat Cak Nun memperoleh pencerahan.

4. Aktif Terlibat dalam Pergantian Era Reformasi

Cak Nun memang salah satu tokoh penting dalam pergantian era Orde Baru ke Reformasi. Saat itu dipimpin oleh Presiden Soeharto, Cak Nun menjadi salah satu penasihat yang didengar oleh Soeharto. Dia memberi masukan pada Soeharto agar mundur dengan elegan sebelum digulingkan lewat kudeta.

5. Mendapat penghargaan pada era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun di Rumah Maiyah Kadipiro

Photo :

Sambil menyaksikan perjalanan hidup Cak Nun dan berbagai pengalamannya. Pada masa kepresidenan SBY, ia menerima Penghargaan Satyalencana pada Maret 2011. Dengan banyaknya buku yang diterbitkan, buku yang ditulis, dan berbagai hal lainnya, SBY percaya bahwa Cak Nun adalah orang yang tepat.

6. Setia bekerja dan terinspirasi

Cak Nun telah menjalankan maiyah secara teratur selama beberapa dekade. Sudah lama sekali sekitar 20 tahun lebih. Ribuan orang dari berbagai lokasi, usia dan latar belakang mengunjungi setiap maiyah. Ia dengan sabar menjelaskan berbagai persoalan agama, kebijaksanaan, dan berbagai jalan yang perlu ditempuh dalam situasi negara yang bergejolak. Semua diperlakukan sama seperti Cak Nun, yaitu cinta dan kasih sayang.

7. Isi ceramah di Markas PDIP

Muhammad Ainun Nadjib atau Cak Nun

Photo :
  • Istimewa

Cak Nun mendatangi Gedung Utama Sekolah Partai PDIP di Lenteng Agung pada Minggu, 10 April 2022. Ia hadir memenuhi undangan untuk mengisi ceramah dan buka Bersama dengan Partai PDIP.

Dalam ceramahnya tersebut, ia mengatakan jika kata “Perjuangan” yang dipakai PDIP itu sudah tak layak di pakai lagi, lantaran kini sudah menjadi partai penguasa.

Cak Nun, dalam ceramah yang bertajuk “Sinau Braeng Cak Nun” itu mengatakan bahwa huruf P dalam PDIP itu lebih tepat diganti dengan kata “Pengayoman” bukan lagi “Perjuangan”.

"Jadi, sudah beberapa kali menang. PDI sudah tidak tepat berjuang lagi. Tidak Perjuangan lagi. Yang tepat PDI Pengayoman. Jadi, partai ini mengayomi seluruh Rakyat Indonesia karena sudah berkuasa," ucap Cak Nun dalam ceramahnya.

Dalam kesempatan tersebut, Cak Nun juga menyampaikan pesan kepada jemaah untuk sama-sama menjaga Indonesia. Kehadirannya bukan sebagai bentuk sikap politiknya, melainkan hanya untuk berbuka puasa bersama PDIP.

Itulah sederet fakta menarik Cak Nun yang mengisi ceramah di Markas PDIP.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya